Loading...

Kementerian Perindustrian berkomitmen mendukung pengembangan industri kerajinan dalam negeri melalui berbagai kegiatan pendampingan dan fasilitasi bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Pemerintah Daerah.

Kementerian Perindustrian berkomitmen mendukung pengembangan industri kerajinan dalam negeri melalui berbagai kegiatan pendampingan dan fasilitasi bekerja sama dengan berbagai pihak seperti Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Pemerintah Daerah. Sinergi yang dilakukan merupakan langkah strategis yang bertujuan untuk membawa industri kerajinan nasional mampu menguasai pasar lokal dan menembus pasar global sehingga memberikan manfaat positif bagi perputaran perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan pelaku industri kerajinan. Hal ini juga sejalan dengan visi Dekranas untuk menjadi lembaga yang handal dalam mendukung kemandirian bangsa.

Dekranas adalah suatu lembaga independen yang didirikan pada tahun 1980, bersifat nirlaba, serta sebagai wadah berhimpunnya segenap pemangku kepentingan di bidang kerajinan Indonesia untuk mengembangkan produk kerajinan dan meningkatkan kehidupan pelaku bisnisnya, yang sebagian besar merupakan kelompok usaha kecil dan menengah (UKM) maupun industri kecil dan menengah (IKM).

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita, yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Dekranas, mengungkapkan jika industri kerajinan Indonesia menunjukkan ketangguhan yang luar biasa, dengan berhasil menjaga stabilitas nilai ekspornya secara konsisten sejak tahun 2021 setelah masa Pandemi Covid-19.

“Hal ini menjadi pelecut bagi kita semua untuk dapat terus membina pelaku industri kerajinan yang telah dikelompokkan berdasarkan bahan bakunya oleh UNESCO, meliputi kelompok keramik atau tanah liat, serat alam, tekstil atau lembaran kain, kayu-kayuan, batu-batuan, logam, material alam lainnya, dan material hasil olahan dari bahan alami,” tambah Dirjen IKMA.

“Sektor Industri Kerajinan dalam negeri mampu menghasilkan kinerja ekspor di angka USD 679,02 juta sepanjang tahun 2024, dan telah mencapai angka USD 158,78 juta pada Triwulan I 2025, Kinerja solid ini menjadi sinyal kuat bahwa peluang di pasar ekspor untuk produk kriya nusantara masih terbuka sangat lebar,” ujar Reni dalam paparannya pada acara Rakerda dan Pengukuhan Pengurus Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat yang dihadiri secara daring, Senin (16/6).

Dirjen IKMA memaparkan bila Indonesia juga menduduki peringkat ke-15 sebagai negara eksportir produk kerajinan terbesar di dunia, dengan tujuan ekspor utama ke China, Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, dan Belanda. “Data ini menunjukkan adanya potensi penerimaan pasar yang besar bagi produk kerajinan Indonesia di berbagai belahan dunia, yang harus dikembangkan melalui sinergi dan kolaborasi antar stakeholder,” ungkapnya. 

“Pemerintah pusat bersama Dekranas tetap membutuhkan dukungan dari para pemangku kepentingan di daerah, yaitu melalui Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Pemerintah Daerah, pada tingkat Kota, Kabupaten, hingga tingkat Provinsi,” jelas Reni.

Dalam menghadapi tantangan dan persaingan pasar yang semakin kompleks, industri kerajinan memiliki tiga kekuatan utama yang harus terus ditingkatkan. Dirjen IKMA mengungkapkan kekuatan tersebut merupakan kekuatan branding dimana citra dan cerita dari produk perlu dibangun sehingga mudah dikenal dan dipercayai oleh pasar. “Kekuatan lainnya yang tidak kalah penting adalah kekuatan packaging dimana produk harus dikemas secara baik dan menarik sehingga dapat menarik perhatian calon pembeli, serta terlindungi dalam proses distribusi dan pengirimannya,” jelas Reni.

“Kekuatan desain produk juga harus terus dikembangkan karena merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah produk di era persaingan pasar saat ini. Penggabungan aspek fungsi, estetika, dan identitas mampu menjadikan produk lebih unggul dan diminati,” terangnya.

“Pelaku industri kerajinan juga perlu untuk diberikan edukasi tentang perkembangan tren pasar, teknologi yang mampu memudahkan proses produksi hingga pemasaran, serta pemahaman tentang standar produk yang dipersyaratkan di berbagai negara tujuan ekspor,” jelasnya.

Reni melanjutkan, bahwa arah kebijakan Dekranasda dalam melaksanakan program dan kegiatan hendaknya juga mengacu pada visi dan misi Dekranas yang tertuang dalam AD/ART Dekranas, diantaranya adalah regenerasi SDM perajin, peningkatan daya saing produk, penguatan kemitraan dan kerja sama antar stakeholder, perluasan akses pasar, penumbuhan wirausaha baru, pembangunan ekosistem industri kerajinan melalui penguatan potensi kerajinan lokal, serta mendorong IKM kerajinan masuk ke dalam rantai pasok global.

“Pembina sektor industri wastra dan kerajinan harus menentukan langkah-langkah strategis terhadap pengembangan industri wastra dan kerajinan melalui diskusi yang membangun dan inklusif,” ungkapnya.

Pada tahun 2025, Dekranas memiliki beberapa Program Kerja Pokok, yaitu Musyawarah Nasional Dekranas, Perayaan HUT Dekranas, Pelatihan dan Pendampingan Produk Kriya, Dekranas Award, serta Pameran Kriyanusa. “Besar harapan kami agar seluruh Program Kerja Pokok di Tahun 2025 dapat melibatkan berbagai stakeholder mulai dari Pemerintah Pusat, Daerah, akademisi, desainer, influencer, asosiasi hingga marketplace sehingga dampak yang dirasakan akan semakin masif dan berkelanjutan,” tutup Reni.

Pada acara Rakerda Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat tersebut, dilaksanakan Pengukuhan Pengurus Dekranasda Provinsi Kalimantan Barat Masa Bakti Tahun 2025 - 2030, yang mengangkat tema “Melestarikan Warisan, Menciptakan Nilai Regenerasi, Kolaborasi dan Inovasi untuk Kerajinan Kalbar Berdaya Saing”. Peserta Rakerda terdiri dari perwakilan Dekranasda Kabupaten dan Kota se-Kalimantan Barat, serta Pengurus Dekranasda Provinsi Kalbar. 

Ketua Dekranasda Provinsi Kalbar, Erlina Ria Norsan mengungkapkan bahwa Dekranasda Provinsi Kalbar berkomitmen mengangkat kerajinan lokal Kalbar ke tingkat yang lebih strategis. “Tidak hanya sebagai simbol budaya, namun juga sebagai kerajinan khas daerah yang memiliki nilai ekonomis sebagai penggerak perekonomian masyarakat,” terang Erlina.

Erlina menuturkan bila Provinsi Kalbar memiliki berbagai produk kerajinan khas, seperti anyaman, tenun, hingga ukiran, yang merupakan hasil karya tangan-tangan terampil masyarakat yang penuh makna dan budaya. Erlina menuturkan potensi produk lokal Kalbar harus mampu beradaptasi dengan dinamika perekonomian agar mampu bertahan dan menjadi penghidupan para perajin.

“Tentunya dalam upaya tersebut, kita harus terus menjalin kerja sama dengan pemerintah pusat, akademisi, hingga komunitas kreatif,” tutupnya.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.