Loading...

Kementerian Perindustrian terus mendukung pengembangan industri kecil dan menengah yang berkelanjutan, sehingga pelaku IKM dapat merencanakan unit bisnis yang dijalankan dapat bertahan dan berkembang dalam jangka waktu yang panjang dan mampu naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi. Dalam rangka mendorong kemampuan IKM dalam mengimplementasikan industri yang memperhatikan aspek lingkungan, nilai budaya, dan ekonomi, Kemenperin melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) menjalin kerja sama strategis dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Mahasaraswati Denpasar.

“Sinergi antara BPIFK dan FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan industri kreatif di bidang fesyen dan kriya melalui penelitian bersama, bertemakan ‘Perancangan Model Bisnis berlandaskan Prinsip Keberlanjutan dan Budaya Lokal’,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita di Jakarta, Senin (11/8).

Dirjen IKMA mengungkapkan, kolaborasi ini bertujuan untuk merancang model bisnis yang tidak hanya berorientasi pada aspek ekonomi, namun juga menyeimbangkan aspek sosial dan lingkungan, serta mengangkat nilai-nilai budaya lokal sebagai identitas produk unggulan daerah. Penelitian ini merupakan bagian dari Nota Kesepahaman antara BPIFK dan Universitas Mahasaraswati Denpasar yang melingkupi kerja sama dalam bidang pendidikan, penelitian bersama, dan publikasi ilmiah, serta pengembangan inovasi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tak hanya itu, perjanjian ini juga mencakup pengabdian masyarakat berupa keterlibatan para pihak dalam kegiatan yang bertujuan memberikan kemanfaatan pada IKM fesyen dan kriya seperti pelatihan, workshop, pendampingan, penyuluhan, dan pameran dalam mendukung pertumbuhan industri kreatif.

“Perjanjian ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran Tridharma Perguruan Tinggi dan peningkatan daya saing industri kecil dan industri menengah. Agar lebih kuat dampaknya, tentu kita tidak bisa bergerak sendiri-sendiri,” tegas Reni.

Sekretaris Ditjen IKMA, Yedi Sabaryadi, menyampaikan, bahwa kolaborasi ini merupakan bentuk sinergi antara dunia pendidikan, pemerintah, dan pelaku industri dalam mewujudkan ekosistem IKM yang berdaya saing, adaptif terhadap tantangan zaman, dan tetap berakar kuat pada nilai-nilai budaya lokal.

“Kegiatan ini memberikan manfaat nyata bagi pengembangan IKM agar semakin berdaya saing, namun tetap berakar pada nilai budaya lokal dan menjaga keberlanjutan lingkungan”, ujarnya.

Dalam penelitian bersama ini, terdapat empat peneliti dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mahasaraswati, yaitu Ni Wayan Rustiarini, Ni Putu Nita Anggraini, S.E., M.M.; I Putu Wahyu Dwinata JS, S.E., MBA; serta Dickie Sulistya Aprilyanto dari BPIFK Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian.

Kepala BPIFK Dickie Sulistya berharap, model bisnis yang dikembangkan dari penelitian bersama ini mampu menjadi acuan praktis bagi pelaku IKM dalam membangun bisnis yang berkelanjutan, kompetitif, dan berbasis kearifan lokal.

“Kegiatan ini memperoleh dukungan pendanaan dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi melalui skema Penelitian Terapan Luaran Model (PT-LM),” kata Dickie.

Sebagai langkah lanjutan dalam mengembangkan model bisnis tersebut, BPIFK menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) dan Expert Testing dengan mengundang pakar model bisnis berkelanjutan yang berasal dari perwakilan akademisi, pelaku IKM, dan kementerian/lembaga guna memberikan masukan konseptual dan aplikatif terhadap rancangan model bisnis pada 17 Juli 2025.

Beberapa narasumber utama yang hadir dalam FGD ini antara lain Andriati Cahyaningsih sebagai perwakilan dari Pusat Industri Hijau (PIH) Kementerian Perindustrian, Dr. Muhammad Setiawan Kusmulyono, pakar model bisnis dan inovasi serta Wakil Direktur Pendidikan dan Kualitas Pembelajaran Universitas Prasetiya Mulya, pakar keberlanjutan dan Manajer Pilar Pembangunan Ekonomi sekaligus Sekretariat Nasional TPB/SDGs Kementerian PPN/BAPPENAS Setyo Budiantoro, serta pakar budaya Bali dan Kaprodi Doktor Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana I Nyoman Darma Putra.

Diskusi ini juga menghadirkan pelaku IKM yang aktif dalam industri fesyen dan kriya berkelanjutan di Bali, antara lain Annisa Fauziah (founder IKM TRI-Cycle), Kadek Sudantara (founder IKM Pagi Motley), dan Anak Agung Indra Dwipayani (founder IKM Agung Bali Collection).

“Kami harap kegiatan ini menciptakan sebuah model bisnis yang tidak hanya menjadi panduan praktis, namun juga menjadi inspirasi bagi IKM untuk tumbuh secara berkelanjutan dengan mengedepankan keseimbangan antara ekonomi, sosial, lingkungan, dan budaya”, ujar Dickie.

Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan.