Loading...

Kementerian Perindustrian berkomitmen meningkatkan daya saing pelaku IKM komponen otomotif agar dapat menjadi bagian dari rantai pasok industri besar. Berbagai upaya dilakukan dengan menggandeng pihak terkait seperti akademisi, penyedia bahan baku, hingga lembaga internasional.

Salah satu langkah nyata yang telah dilakukan adalah kerja sama antara Kemenperin melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka   dengan Japan International Cooperation Agency  (JICA) yang menjalankan proyek kerja sama teknis “ Automotive Industry Development ” dalam sebuah proyek implementasi digitalisasi bagi IKM komponen otomotif. Sebanyak delapan proyek implementasi digitalisasi telah rampung dilakukan pada delapan IKM komponen otomotif ( suppliers ) oleh enam startup teknologi yang merupakan system integrators .

 

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita mengungkapkan bahwa proyek implementasi tersebut telah berjalan selama tiga bulan sejak 22 April 2025 sampai dengan 31 Juli 2025. “Program kerja sama ini merupakan bentuk sinergi dan kolaborasi yang sangat baik antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang, yang menjadi contoh nyata bagaimana kemitraan internasional dapat mendorong kemajuan sektor industri”, jelas Reni dalam sambutannya pada acara Dissemination Seminar Project For Increasing International Competitiveness of Automotive Industry  di Jakarta, Selasa (19/8).

 

“Kami juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak, khususnya JICA, sebagai mitra strategis dalam pelaksanaan program ini yang hadir untuk menjawab tantangan global yang semakin menuntut penggunaan teknologi, khususnya di sektor industri kecil dan menengah (IKM) komponen otomotif,” ungkap Reni.

 

Dirjen IKMA memaparkan jika upaya implementasi digitalisasi ini sejalan dengan data Asian Development Bank (2022) yang menunjukkan bahwa tingkat adopsi teknologi digital di sektor manufaktur kecil dan menengah di Asia Tenggara masih berada di bawah 30%, jauh tertinggal dari perusahaan besar yang telah melampaui 60%. 

 

“Masih terdapat kesenjangan teknologi yang harus kita atasi, namun pada saat yang sama menjadi peluang besar untuk mendorong percepatan transformasi digital IKM, dan Kemenperin akan terus mengupayakan langkah-langkah strategis, salah satunya adalah keberlanjutan kerja sama dengan JICA,” lanjutnya.

 

Dirjen IKMA berharap di masa mendatang kerja sama yang dilakukan tidak hanya berfokus pada sektor industri otomotif, namun juga dengan cakupan komoditas yang lebih luas termasuk tujuh industri prioritas pada implementasi Making Indonesia 4.0. “Tentunya pada skala IKM, dengan juga turut merambah ke sektor industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, furnitur, elektronik, logam, kerajinan, serta komoditi unggulan lainnya karena penerapan digitalisasi dan otomasi di sektor tersebut akan meningkatkan konsistensi kualitas produk, efisiensi proses produksi, dan daya saing di pasar internasional,” jelasnya.

 

Selain itu, Reni menekankan pentingnya pembinaan untuk scale-up kompetensi startup  teknologi   yang bertujuan agar pelaku startup tidak lagi dipandang sebagai perusahaan rintisan yang baru mulai, melainkan sebagai startup  yang berpengalaman, memiliki usaha yang berkelanjutan, dan menggunakan teknologi mutakhir “Kami berharap JICA dapat berperan aktif melakukan transfer teknologi di bidang otomasi dan robotik kepada para startup  Indonesia, sehingga mereka mampu menciptakan solusi inovatif yang dapat diterapkan tidak hanya di IKM, tetapi juga di industri berskala lebih besar,” tambahnya.

 

Reni berpesan kepada para pelaku IKM komponen otomotif untuk terus melakukan perbaikan ( continuous improvement ) melalui pemanfaatan teknologi agar mampu mencapai peningkatan efisiensi dan produktivitas. “Penggunaan teknologi digital tidak hanya sekedar memindahkan data dari sistem manual ke sistem komputer atau memiliki dashboard  yang   tervisualisasi, tetapi harus mampu mengolah data tersebut menjadi informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan yang tepat dan peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan,” tutupnya.

 

Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut, Dini Hanggandari, mengungkapkan jika hasil dari digitalisasi yang telah dilakukan, dipresentasikan oleh delapan pasang supplier  dan system integrator  pada acara Dissemination Seminar Project For Increasing International Competitiveness of Automotive Industry”  yang diselenggarakan di Gedung Kementerian Perindustrian pada Selasa, 19 Agustus 2025. “Setelah mengadopsi teknologi digital dari startup teknologi, IKM komponen otomotif   terbukti mendapatkan berbagai manfaat”, ungkap Dini.

 

Manfaat tersebut diantaranya adalah IKM komponen otomotif mendapatkan pembaruan data secara real time  dengan informasi yang akurat dan terkini pelaporan dan analisis yang tersaji otomatis sehingga memudahkan pengambilan keputusan yang dapat diambil secara cepat, serta otomatisasi pada proses inti untuk mengurangi kesalahan dan mempercepat alur kerja. 

 

“Tidak hanya itu, IKM komponen otomotif juga dapat melakukan pemantauan produksi yang terintegrasi untuk memastikan target tercapai, pengendalian kualitas berbasis sistem sehingga dapat menemukan pola cacat produk dalam periode tertentu, serta dapat tercapai peningkatan efisiensi waktu dan sumber daya,” jelas Dini.

 

Adapun delapan pasang IKM dengan startup teknologi yang difasilitasi implementasi digitalisasinya adalah PT. Sebastian Jaya Metal, PT. Arkha Industries Indonesia, PT. Laksana Tekhnik Makmur, PT. Eran Plastindo Utama, PT. FNF Metalindo Utama, PT. Sugi Jaya Utama, PT. Itori Kreasindo Perkasa, PT. Armeta Kreasi Mandiri, serta dari system integrator , yaitu PT. Takodam Ciptamandiri Nusantara, PT. Sopwer Teknologi Indonesia, Ragdalion Technology, PT. MyEco Inovasi Indonesia, PT. Stechoq Robotika Indonesia, dan PT. Trimitra Nusantara Sakti.   Startup yang terpilih merupakan startup binaan Kementerian Perindustrian melalui program Startup for Industry (SFI). Hadir pada acara tersebut Kemenperin, JICA, para pihak terkait di sektor industri otomotif dan startup teknologi, diantaranya Yayasan Astra - Yayasan Dharma Bhakti Astra, perusahaan otomotif Grup Astra, dan asosiasi industri. 

 

Pada kesempatan yang sama, Senior Director Economic Development Department JICA, Okumoto Yasuyo mengatakan melalui daring, Proyek JICA yang dimulai sejak 2022 bertujuan meningkatkan kolaborasi antara IKM komponen otomotif ( Supplier) dan startup teknologi ( SIers ). JICA juga menyampaikan apresiasi kepada  SIer yang telah memberikan pelatihan digitalisasi kepada para  supplier , dan diharapkan sistem yang diterapkan dapat mencapai efektivitas 100%.

 

“Kami berharap para  supplier dapat melanjutkan upaya digitalisasi, mengidentifikasi masalah secara real time , serta terus meningkatkan daya saing perusahaan. Digitalisasi menjadi langkah awal untuk meningkatkan produktivitas, identifikasi masalah secara  real time , serta memperkuat daya saing IKM. Ke depannya JICA akan memberikan rekomendasi kebijakan untuk mendukung keberlanjutan inisiatif ini,” ucap Okumoto.

 

Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan .