Loading...

Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka terus berupaya melestarikan dan menumbuhkembangkan industri batik agar semakin dapat menjangkau segmentasi pasar yang lebih luas, termasuk generasi muda. Segmen ini semakin potensial bagi pasar industri batik, seiring meningkatnya generasi muda produktif sesuai masa bonus demografi di Indonesia.

Batik diminati oleh Gen Z karena dipandang sebagai produk yang sesuai dengan karakter generasi muda yang berjiwa kreatif, menyukai orisinalitas, makna, dan peka terhadap isu sosial dan lingkungan. Kecintaan generasi muda terhadap batik ini perlu kita maksimalkan,” kata Dirjen IKMA Reni Yanita, di Jakarta, Jumat (25/7).

Reni meyakini, Gen Z yang juga akrab dengan teknologi dan media visual serta senang berbagi juga akan sangat mendukung perkembangan industri batik. Menurut Reni, generasi ini cocok dijadikan target bagi para perajin batik dengan motif yang modern dan peka terhadap selera atau tren masa kini. 

“Ini pasar potensial, sebab Gen Z kalau sudah cinta dan peduli dengan brand atau produk batik tertentu, besar kemungkinan mereka akan aktif memviralkan batik tersebut, baik melalui media sosial maupun word of mouth,” terang Reni.

Dengan karakter pasar seperti ini, lanjut Reni, brand awareness IKM batik pun akan terbentuk semakin positif, pasar akan semakin meluas, penjualan meningkat, hingga diharapkan dapat berkontribusi dalam pelestarian dan perkembangan industri batik secara umum. Oleh sebab itu, Ditjen IKMA bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia terus mendampingi pelaku IKM batik untuk semakin adaptif melihat tren pasar dan memahami target konsumen mereka.

Ditjen IKMA bersama Yayasan Batik Indonesia telah menyelenggarakan kegiatan webinar bertajuk “Batik Untuk Gen Z: Tradisi Menjawab Tren” pada tanggal 24 Juli 2025 secara daring. Webinar ini diisi oleh para narasumber dari berbagai kalangan, di antaranya Fashion Design Program Director LaSalle College Jakarta Shinta Lidwina Djiwatampu; Founder IKM Batik Shibotik Putri Urfanny Nadhiroh; dan Founder IKM Batik Gitaratna, Gita Ratna. Acara ini juga merupakan bagian dari rangkaian acara perayaan Gelar Batik Nusantara (GBN) dan Hari Batik Nasional (HBN) 2025, dengan puncak acara pada pameran Gelar Batik Nusantara yang akan diselenggarakan di Pasaraya Blok M Jakarta, pada 30 Juli - 3 Agustus mendatang.

Dalam webinar tersebut, Dirjen IKMA mengajak memahami karakter Gen Z agar produk yang dihasilkan sesuai kebutuhan generasi muda ini. “Batik harus mampu berbicara dan berkomunikasi dalam bahasa generasi muda, agar mereka dapat menjadikan Batik sebagai identitas dan jati dirinya,” tutur Reni.

Direktur IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan Budi Setiawan mengungkapkan, Gen Z merupakan generasi yang cepat mengadopsi atau mengadaptasi budaya seni yang bernilai tinggi, yang juga dibungkus dengan storytelling yang menarik.  “Mereka terbuka dengan produk budaya Indonesia, jadi sebaiknya pelaku IKM batik paham mengenai preferensi batik Gen Z dan menerapkan langkah-langkah yang diperlukan agar bisnis batik yang dimiliki menjadi menarik di mata mereka,” terang Budi.

Ketua YBI Gita Pratama berharap melalui webinar tersebut, pelaku IKM batik memiliki gambaran tentang strategi penetrasi ke pasar Gen Z. “Pelaku IKM batik dapat menerapkan berbagai cara seperti menghadirkan lini produk baru dengan warna, motif, bahan, dan model favorit Gen Z, sekaligus upaya penguatan pemasaran online, storytelling, serta menunjukkan makna dan value dari brand yang sejalan dengan prinsip yang dipegang teguh oleh mereka,” tutur Gita. 

Menurut Gita, selain sebagai pangsa pasar, Gen Z juga dipandang mampu menjadi kolaborator dalam upaya pelestarian dan pengembangan industri batik. “Kami melihat Gen Z sebagai mitra potensial dalam membangun ekosistem batik masa depan. Saat ini Gen Z secara tidak langsung telah banyak berkontribusi dalam industri batik melalui berbagai peran, baik sebagai produsen, konsumen, maupun pengamat,” ujar Gita.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.