Loading...

Keberadaan wirausaha baru (WUB) di sektor industri kecil dan menengah (IKM) memiliki peranan yang penting dalam memperkuat perekonomian nasional, terutama dalam perluasan kesempatan berusaha dan bekerja hingga ke pelosok daerah.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) konsisten menggelar berbagai program pelatihan untuk terus meningkatkan jumlah populasi WUB IKM, baik yang baru merintis bisnis maupun yang telah menjalankan usahanya agar dapat naik kelas.

“Dalam upaya peningkatan populasi wirausaha baru IKM, khususnya bagi calon wirausaha yang memiliki jiwa kewirausahaan, kami telah melaksanakan kegiatan penumbuhan wirausaha industri melalui berbagai program supaya mereka naik kelas jadi IKM yang adaptif dan inovatif,“ kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Reni Yanita di Jakarta, Selasa (3/1). 

Ditjen IKMA Kemenperin telah menyelenggarakan program penumbuhan dan pengembangan wirausaha baru berupa pelatihan atau bimbingan teknis manajemen kewirausahaan, fasilitasi perizinan berusaha (legalitas usaha), serta fasilitasi mesin atau peralatan demi meningkatkan produktivitas wirausaha baru, baik itu melalui program Santripreneur, penumbuhan wirausaha di daerah tertinggal, perbatasan, terluar dan pascabencana, maupun penumbuhan wirausaha yang bersinergi dengan K/L lainnya termasuk melalui dana dekonsentrasi.

 “Hingga Triwulan III 2022, Ditjen IKMA telah melatih 17.763 WUB, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 2021 sebanyak 8.019 WUB. Selain itu, Ditjen IKMA memfasilitasi 6.235 WUB untuk mendapatkan legalitas usaha, atau meningkat dari tahun 2021 sebanyak 5.330 WUB,” ungkap Reni. 

Tak hanya itu, Ditjen IKMA menggelar program Santripreneur untuk melatih wirausaha baru di 13 pondok pesantren, dengan peserta binaan sebanyak 670 santri. Sehingga  total santri yang dilatih sejak tahun 2013 hingga saat ini sebanyak 10.914 santri dari 102 pondok pesantren. “Ditjen IKMA memberikan bimbingan teknis serta fasilitasi mesin/peralatan produksi. Fasilitasi Ditjen IKMA ini diharapkan dapat mendorong wirausaha IKM di lingkungan pondok pesantren dalam menciptakan lapangan kerja baru dan turut mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional,” ungkap Reni. 

Sementara itu, Ditjen IKMA juga fokus mendorong wirausaha yang telah menjalankan bisnisnya agar terus tumbuh dan berkembang melalui program akselerasi bisnis teknologi.  Hal ini sejalan dengan program Making Indonesia 4.0 Kementerian Perindustrian, melalui penumbuhan dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi, yaitu wirausaha ( enterpreneurship ) yang mengedepankan inovasi produk dan pemanfaatan teknologi dalam proses bisnisnya. 

Hingga Desember 2022, Ditjen IKMA telah menumbuhkan IKM startup berbasis teknologi melalui program  Indonesia Food Innovation (IFI); program  Startup4Industry ;  Bali Creative Industry Center (BCIC) melalui program  Creative Business Incubator (CBI); dan program Inkubator Bisnis Teknologi Alas Kaki yang dilaksanakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) di Sidoarjo. “Tercatat sebanyak 88 IKM  startup  yang tumbuh tahun 2022, meningkat dibandingkan tahun 2021 hanya 54 IKM  startup,” ucap Reni. 

Sebagai contoh, melalui program  Indonesia Food Inovation  (IFI) ,  pelaku IKM pangan binaan Ditjen IKMA, CV Nusantara Jaya Food berhasil melalukan inovasi melalui teknologi untuk menjaga kesegaran serta memperpanjang umur simpan produk singkong dan tetap memenuhi standar mutu negara tujuan ekspor. Walhasil, produk tersebut dapat diekspor ke Curacao di Kepulauan Karibia dan juga ke beberapa negara di Eropa. Ada pula IKM yang bersinar di program  Startup4Industry  lantaran dapat memenuhi kebutuhan IKM dalam mengintegrasikan mesin, seperti memodifikasi mesin produksi manual menjadi otomatis, sehingga mampu menciptakan produk baru dengan lebih efisien dan nilai tambah yang lebih tinggi.  Startup bernama  Engineering Solution  itu membuat mesin  portioning  yang terdiri dari 2 unit mesin yaitu unit screw dan unit  conveyor  yang dapat mempercepat proses  dosing , efisiensi tenaga kerja, otomasi proses produksi, dan mengurangi biaya operasional IKM. 

“Semakin banyak IKM yang mengaplikasikan teknologi dalam proses produksinya, tentu dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensinya, sehingga meningkatkan pendapatan dan perekonomian,” kata Reni. 

Pada tahun 2022 pula, Ditjen IKMA akhirnya meluncurkan  “Startup4industry Mart ”, sebagai pusat layanan  Startup4industry  untuk industri dan masyarakat yang mencari solusi atau teknologi dari startup Indonesia. Layanan yang dapat diakses melalui  www.startup4industry.id  ini dapat menjadi rujukan bagi pelaku industri dan masyarakat yang mencari solusi atau layanan teknologi, serta mendokumentasikan  track record (profiling)  solusi  startup tools untuk memasifkan promosi solusi atau layanan yang diberikan oleh  startup. 

Untuk pelatihan bagi pelaku IKM kreatif, Ditjen IKMA memiliki BCIC dengan programnya CBI, yang menjadi inkubator bagi IKM kreatif bidang kriya dan fesyen. Di dalam CBI, peserta dilatih mengembangkan bisnisnya ( scalling up). S etelah pelaksanaan  coaching  terhadap 18  tenant atau wirausaha tahun 2021, Ditjen IKMA mendapatkan adanya peningkatan omset IKM sebesar 2-3 kali lipat. “Ditjen IKMA juga konsisten membantu IKM atau  startup alas kaki dan produk kulit untuk mengembangkan usahanya dengan memfasilitasi mereka di bidang manajemen dan kompetensi teknis. Sehingga mereka juga dapat lebih mandiri dan menjadi sustainable entrepeneur,”  tutup Reni.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.

Jakarta, 3 Januari 2023 

BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT