Loading...

Kementerian Perindustrian konsisten memfasilitasi para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor pangan untuk menerapkan standar keamanan dan mutu di setiap rantai produksi pangan. Standar keamanan, mutu, dan gizi pangan tersebut perlu dijalankan oleh para IKM pangan agar produk pangan yang dihasilkan dapat dipasarkan sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan pembeli, tidak hanya untuk konsumen domestik namun juga pasar ekspor

“Ditjen IKMA menggelar fasilitasi pendampingan penerapan dan sertifikasi Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) bagi IKM pangan agar dapat membantu IKM memenuhi salah satu persyaratan ekspor, sehingga para pelaku IKM pangan akan lebih percaya diri untuk memperluas pasarnya,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustria, Reni Yanita saat serah terima sertifikat HACCP kepada IKM pangan, di Jakarta, Kamis (9/2).

Dirjen IKMA menilai, masih banyak IKM pangan yang belum memenuhi persyaratan standar sanitasi produksi di seluruh kegiatan rantai produksi pangan, baik berupa GMP (Good Manufacturing Practices) atau Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB) dan Standar Internasional untuk Sistem Keamanan Pangan  yaitu HACCP. Hal ini terlihat dari bangunan dan sarana produksi yang kurang menunjang, sanitasi dan higienitas karyawan yang kurang, mesin peralatan yang kurang sesuai dengan persyaratan, pengawasan proses produksi yang kurang baik, serta spesifikasi produk akhir yang tidak konsisten.

Padahal sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, keamanan pangan menjadi persyaratan wajib bagi produsen pangan. Sementara itu, IKM pangan yang meliputi makanan dan minuman memiliki porsi paling besar pada jumlah IKM keseluruhan di Indonesia, yaitu 1,68 juta unit usaha atau 38,72% dari total unit usaha IKM secara keseluruhan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2019 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemenuhan persyaratan sanitasi di seluruh kegiatan rantai pangan dilakukan dengan cara menerapkan pedoman cara yang baik.

“HACCP merupakan suatu pedoman atau prosedur yang mengatur perusahaan atau produsen untuk memproduksi makanan agar aman, bermutu dan layak dikonsumsi. Dengan adanya tata cara untuk mengontrol kualitas produksi makanan, maka produk perusahaan tersebut akan semakin berkembang dan dapat dipercaya oleh konsumen,” ungkap Reni.

Pada tahun 2022, Ditjen IKMA telah memfasilitasi 18 IKM di kabupaten/kota untuk mengikuti pendampingan keamanan makanan, persiapan serta penerapan standar higienitas dan produksi bersih sesuai dengan syarat HACCP. Selain itu, terdapat 11 IKM yang mendapat fasilitasi HACCP untuk produk minuman.

“Dalam pendampingan ini terdapat program kunjungan konsultasi dengan tenaga ahli, pendampingan dan in house training, pelaksanaan penerapan standar produksi bersih HACCP, audit dan evaluasi komitmen proses produksi termasuk perbaikan dokumen, audit eksternal oleh lembaga sertifikasi, hingga terbitnya sertifikat HACCP,” jelas Direktur IKM Pangan, Furnitur dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi.

Pendampingan dilakukan selama sembilan bulan sejak Maret hingga November 2022. Setelah itu, IKM yang memenuhi seluruh standar berhak mendapatkan sertifikat HACCP. “Untuk itu tahun 2023 ini kami kembali akan memberikan fasilitasi HACCP bagi IKM Pangan terkurasi. Dengan memiliki sertifikat HACCP, para pelaku IKM pangan dapat memberikan jaminan kepada konsumen terkait kualitas produk yang dihasilkan. Kepercayaan diri para pelaku IKM makanan juga semakin meningkat terutama untuk menembus pasar global.” kata Yedi.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.