Loading...

Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) bekerja sama dengan Bali Creative Industry Center (BCIC) terus berupaya mendukung IKM kreatif Indonesia di bidang fesyen dan kriya. Sebab selama ini, sektor ekonomi kreatif menyumbang 7,8% terhadap PDB Nasional, dengan  salah satu kontribusi terbesarnya yaitu berasal dari industri kreatif subsektor fesyen dan kriya.

Dalam rangka pengembangan bisnis IKM kreatif agar naik kelas, Kemenperin melalui BCIC memiliki dua program unggulan, yaitu Indonesia Fashion and Craft Awards (IFCA), serta Creative Business Incubator (CBI). Program ini menyasar para pelaku IKM kreatif yang mayoritas dijalankan oleh generasi muda. 

“IFCA merupakan program kompetisi desain yang memiliki visi keberlanjutan (sustainability), sedangkan CBI adalah program inkubasi bisnis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas bisnis pelaku IKM fesyen dan kriya melalui pelatihan dan pendampingan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita, di Jakarta, Jumat (19/5).

Tahun ini, Ditjen IKMA kembali menggelar program IFCA dengan tema “Neighbourhood Spirit”, untuk mendorong para desainer agar peduli dan berkolaborasi dengan IKM di lingkungan sekitar, sehingga dapat menciptakan desain produk inovatif. Sedangkan untuk program CBI telah masuk ke tahap pendampingan bagi tenant CBI 2022 yang telah lolos ke tahap program kelas. 

“Pada kedua program tersebut, peserta didampingi oleh mentor dan tim juri yang berasal dari akademisi dan praktisi profesional,” ucap Reni.

Reni berharap, kompetisi IFCA yang selama ini diadakan oleh Ditjen IKMA dapat melahirkan desainer kreatif yang tak hanya memberikan dampak bagi ekonomi, tetapi juga berpengaruh terhadap sosial, dan budaya melalui desain produknya yang inovatif. Demi menjaga keberlanjutan program ini, lanjut Reni, Ditjen IKMA mendorong para desainer kreatif lulusan IFCA untuk membentuk komunitas kreatif di bebera kota.

“Sehingga akan lebih mudah dalam melakukan pembinaan lanjutan dan meningkatkan jejaring serta peluang kolaborasi. Sebagai inisiasi awal, kami melalui BCIC mengadakan acara temu alumni bertajuk “BCIC Family Gathering,” ucap Reni.

Temu alumni BCIC Family Gathering ini merupakan ajang bersilaturahmi antar-tenant BCIC peserta IFCA dan CBI dari tahun 2018-2022. Reni berharap kesempatan ini menjadi ajang bagi para tenant kreatif untuk dapat berbagi pengalaman, serta wadah diskusi dengan pihak Kemenperin dan BCIC. “Kemudian secara bersama merumuskan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan komunitas dan ekosistem kreatif di Indonesia,” lanjut Reni.

BCIC Family Gathering pertama kali dimulai pada 30 Maret 2023 di Inkubator Bisnis Universitas Airlangga, Surabaya. Pertemuan kedua digelar pada 31 Maret 2023 dii Malang Creative Center, dan acara ketiga dihelat di Pusat Desain Industri Nasional di Yogyakarta pada 12 April 2023. Belakangan, gathering ini diselenggarakan di Kota Bandung pada 5 Mei 2023.

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan Ditjen IKMA Ni Nyoman Ambareny mengatakan, saat acara temu alumni. para peserta tak hanya berbagi cerita mengenai profil brand yang dibangunnya masing-masing. Mereka juga berkisah tentang pengalamannya mengikuti berbagai pameran di luar negeri dan berbagai capaian yang membanggakan lainnya.

Brand Studio Dapur misalnya, produk mereka sempat dipamerkan di Pameran Ambiente di Jerman. Ada pula Pemenang Kompetisi IFCA tahun 2021 melalui karya fashion hasil olahan limbah kain dengan judul Beri Aku Waktu yang sempat ditawarkan di pameran di Belanda. “Ada juga yang sudah membuka cabang di luar negeri, seperti brand Nianberia yang buka cabang di Malaysia. Produk Indonesia dinilai baik di sana, jadi potensi pasarnya bagus,” ungkap Ambareny.

Tak hanya itu, Ambareny menilai beberapa brand Indonesia juga berhasil membawa misi perubahan di masyarakat dengan konsep sustainability business. Salah satunya adalah jenama JE Couture yang mencoba melestarikan dan mengembangkan Batik Ciamis. Kemudian, ada jenama After Waste yang ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap limbah sampah yang dihasilkan pada setiap pertunjukan musik. Ada pula jenama Kampoeng Radjoet yang ingin terus meningkatkan kesejahteraaan perajin di sentra rajut Binong Jati, Bandung.

“Dengan berbagai potensi yang berbeda, mereka mulai saling diskusi untuk melakukan inisiasi untuk melakukan kolaborasi,” tutur Ambareny.

Selain berbagi pengalaman, para peserta juga menyampaikan aspirasi dan ide-ide mereka kepada pihak Kemenperin agar pembinaan IKM kreatif fesyen dan kriya semakin meningkat, yaitu dengan diadakannya pendampingan bagi finalis IFCA hingga dapat mewujudkan bisnisnya dan memberikan dampak kepada masyarakat. Selain itu,  peserta berharap adanya ruang pemasaran bersama produk tenant alumni program BCIC, sehingga produk kreatif lokal akan semakin dikenal dan usaha alumni akan semakin berkembang sehingga bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. 

“Kami akan berusaha memperkaya program kegiatan dan membuka akses pemasaran, sehingga semangat IKM kreatif fesyen akan terus terjaga dan pada akhirnya bisa memajukan industri kreatif di Tanah Air,”  ucap Ambareny.

Acara temu alumni BCIC Bandung ini juga dihadiri oleh Adhi Nugraha, Ketua Tim Juri IFCA yang juga merupakan Desainer dan Akademisi Institut Teknologi Bandung. Adhi mengungkapkan, para tenant perlu bersinergi dan berkolaborasi untuk maju, mendorong terbentuknya ikatan alumni, serta memperluas jaringan yang multidisipliner, yaitu tidak hanya ke sesama desainer, namun juga merangkul profesi lain.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.