Penumbuhan pelaku industri atau wirausaha baru (WUB) dapat memberikan dampak positif yang berantai pada roda perekonomian masyarakat dengan tujuan menumbuhkan industri yang sudah ada untuk dapat naik jenjang menjadi industri menengah atau industri besar. Selain memaksimalkan potensi komoditas daerah, penumbuhan WUB juga dapat dilakukan dengan memperhatikan potensi ekosistem industri dan pasar yang telah terbentuk. Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus mendorong pendekatan ekosistem pondok pesantren sebagai peluang untuk menumbuhkan para pelaku WUB dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki melalui program Santripreneur.
“Dengan sinergi yang baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder lainnya termasuk pengurus pondok pesantren, diharapkan dapat tercipta ekosistem yang mendukung guna pertumbuhan dan keberlanjutan IKM di Indonesia, serta pemberdayaan ekonomi yang merata di seluruh wilayah Indonesia,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita di Tasikmalaya, Jumat (13/7).
Sejak tahun 2013, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) telah melaksanakan program Santripreneur yang membina puluhan ribu santri untuk menjadi wirausaha industri.
“Melalui program Santripreneur kami sudah membina ribuan santri, dalam kurun satu dekade Ditjen IKMA sudah membina sebanyak 11.164 orang santri dari 114 pondok pesantren di berbagai wilayah di Indonesia, dan dari jumlah tersebut, sebanyak tiga pesantran berada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya” lanjut Reni.
Pondok pesantren memiliki potensi strategis untuk dikembangkan sebagai tempat penumbuhan ribuan wirausaha baru. Para santri yang memiliki keterampilan dan pengetahuan berwirausaha diharapkan dapat menunjang peran strategis Pondok pesantren sebagai “Agent of Development” dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Pengembangan wirausaha di pondok pesantren tidak hanya akan memberikan manfaat bagi individu yang terlibat, tetapi juga kontribusi positif bagi perekonomian lokal di sekitar pondok pesantren,” ucap Reni.
Berdasarkan data Kementerian Agama sampai tahun 2023, jumlah pondok pesantren di Indonesia diperkirakan mencapai 37.626 yang tersebar di seluruh provinsi dengan total jumlah santri sekitar 4.853.197 orang. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah pesantren terbanyak di Indonesia dengan total 12.121 pesantren.
Tasikmalaya yang dikenal dengan kota santri memiliki peluang besar untuk menjadi pusat perindustrian, ekonomi kreatif dan juga lokomotif bagi pergerakan ekonomi regional.
Pondok Pesantren Miftahul Huda Affandy di Tasikmalaya menjadi salah satu pondok pesantren yang mendapatkan Fasilitasi Bimbingan Teknis Produksi dan Fasilitasi Mesin/Peralatan WUB IKM Furnitur. Kegiatan dalam rangka pelaksanaan program Santripreneur tahun 2024 ini dilaksanakan pada tanggal 13 – 17 Juli 2024.
“Kami harapkan Ponpes Miftahul Huda Affandy dapat menjadikan kegiatan dan fasilitasi yang diberikan ini sebagai pemantik tumbuhnya lini bisnis baru di pondok pesantren. Kami juga menghimbau pengurus pondok pesantren untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan pasar lokal di sekitar pondok maupun di Tasikmalaya terlebih dahulu, sebagai langkah awal dalam membangun lini industri yang berkelanjutan,” tambah Reni.
“Kami percaya dengan pembinaan dan pendampingan yang intensif dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dapat muncul pelaku industri furnitur yang inovatif, kreatif dan tentunya berdaya saing,” tutup Reni.
Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi menuturkan bahwa sebanyak 20 peserta yang merupakan santri Ponpes Miftahul Huda Affandy mengikuti kegiatan tersebut sehingga diharapkan mendorong tumbuhnya pelaku industri furnitur di lingkungan pondok pesantren. “Selain itu, kami berharap embrio unit bisnis yang sudah terbentuk di pondok pesantren dapat dimanfaatkan dan menjadi pencetak calon pengusaha lulusan pondok yang mampu memberikan kemaslahatan bagi masyarakat,” tambahnya.
Pada bimbingan teknis tersebut para santri akan mendapatkan materi kewirausahaan dan success story dari salah satu pelaku IKM sukses di Tasikmalaya, serta materi terkait proses produksi dan diversifikasi produk oleh tenaga ahli.
“Dengan program ini, harapannya para santri dapat menjadi santri milenial, yaitu santri yang mampu berproduksi dengan baik serta menguasai perkembangan teknologi digital dalam menjalankan unit usaha industri, hingga pada akhirnya turut serta membuka lapangan pekerjaan dan menebar manfaat berlipat,” tutup Yedi.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.