Loading...

Keberadaan wirausaha baru (WUB) di sektor industri kecil dan menengah (IKM) memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam konteks penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, serta pengurangan kesenjangan ekonomi dan sosial.

Keberadaan wirausaha baru (WUB) di sektor industri kecil dan menengah (IKM) memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional, terutama dalam konteks penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan, serta pengurangan kesenjangan ekonomi dan sosial. Untuk itu IKM juga  perlu didorong agar dapat memanfaatkan potensi sumberdaya dan potensi pasar yang ada di daerahnya maupun wilayah di sekitarnya. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka konsisten dan berkomitmen untuk terus mendorong penumbuhan dan pengembangan pelaku IKM yang mengacu pada potensi di berbagai daerah di Indonesia. Salah satu kegiatan yang baru saja diselenggarakan adalah Bimbingan Teknis Produksi dan Kewirausahaan bagi IKM Furnitur di Kota Banjar, Jawa Barat.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita, mengungkapkan, dalam keterangannya, Rabu (17/7), bahwa industri furnitur Indonesia memiliki potensi besar dan turut menjadi pemain penting di pasar global. Produk furnitur karya IKM terkenal akan kualitasnya yang tinggi dan memiliki keunikannya tersendiri. Kombinasi antara teknik tradisional dan modern dalam proses produksinya memberikan nilai tambah yang signifikan.

Salah satu aspek yang diperlukan oleh IKM furnitur dalam menguasai pasar adalah inovasi dan kreativitas dalam membuat produk yang berkualitas sesuai dengan pasarnya. “Selain peningkatan kualitas, kita juga perlu mendorong pengembangan desain produk furnitur karya para IKM yang mengacu pada perkembangan tren industri furnitur global, namun tanpa meninggalkan ciri khas dan identitas khas Indonesia,” tambah Reni.

Dirjen IKMA turut mengungkapkan bahwa pihaknya juga mendorong pelaku IKM furnitur untuk dapat menjadi sektor pendukung bagi potensi ekonomi lainnya, termasuk sektor pariwisata yang berada di daerah sekitarnya. “Furnitur sebagai salah salah satu kebutuhan penting masyarakat akan selalu melekat dengan berbagai sektor ekonomi lainnya, seperti konsumen rumahan, perkantoran, restoran, dan perhotelan. Sehingga penting untuk mendorong masyarakat hingga pelaku usaha untuk menggunakan furnitur lokal,” terangnya.

Industri furnitur dalam negeri juga memiliki sumbangsih yang besar bagi perekonomian nasional. Pada Triwulan I 2024 tercatat sektor Industri Furnitur menyumbang sebanyak 1,16% terhadap PDB Industri Pengolahan Non migas. Adapun jumlah unit usaha IKM furnitur berjumlah sekitar 291,6 ribu unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 819,8 ribu tenaga kerja. 

“Kinerja yang baik dan potensi yang besar tersebut tentunya perlu didorong sehingga industri furnitur nasional terus tumbuh dan dapat mengangkat perekonomian nasional,” kata Reni.

Dirjen IKMA menambahkan, dalam mengikuti perkembangan pasar, pemahaman IKM terkait bahan baku dan desain produk juga perlu dikuasai. Hal ini karena pasar yang berbeda sering kali memiliki kebutuhan yang unik dalam hal desain produk dan jenis bahan yang digunakan.

“Dengan memperkuat pemahaman tentang bahan baku dan desain produk, IKM dapat mengembangkan kemampuan mereka untuk meningkatkan kualitas produk sehingga dapat bersaing di pasar yang semakin kompleks. Ini akan mendukung pertumbuhan bisnis dan memperluas pangsa pasar IKM,” ungkap Reni.

Menyikapi tantangan tersebut Direktur IKM Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan, Yedi Sabaryadi, mengungkapkan bahwa IKM furnitur sangat membutuhkan peningkatan daya saing khususnya dalam peningkatan produksi dan kualitas produk terutama dalam membuat produk furnitur knock down.

“Fitur ini akan memberikan nilai tambah karena akan mempermudah pengepakan dan pengiriman, serta memiliki fitur konstruksi bongkar pasang yang mudah dalam pengaplikasiannya,” jelas Yedi.

Di samping itu berdasarkan Data Provinsi Jawa Barat, beberapa kawasan di Jawa Barat merupakan daerah dengan potensi wisata terbanyak dibandingkan daerah lainnya, sehingga industri dan wirausaha di Kota Banjar ini menjadi supporting industry bagi kawasan wisata sekitarnya.

“Industri furnitur di Kota Banjar berpotensi mendorong untuk mendukung kawasan wisata di Jawa Barat. Mengingat produk furnitur menjadi kebutuhan di tempat wisata termasuk di dalamnya kebutuhan horeca atau hotel, restoran dan cafe,” ucap Yedi.

“Pada kesempatan ini terdapat 13 IKM yang mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis dengan materi yang diberikan adalah kewirausahaan, desain produk, perawatan mesin dan K3,” tutup Yedi.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.