Upaya ini dilakukan dengan menjamin ketersediaan bahan baku logam yang sesuai standar industri, kompetitif dari sisi harga, serta berkelanjutan dalam ketersediaan pasokannya, sehingga IKM dapat semakin produktif, efisien, dan siap terintegrasi ke dalam jaringan industri otomotif nasional maupun global. Salah satu langkah konkret diwujudkan dengan Penguatan Material Center di lingkungan UPTD Pengembangan Industri Logam (PILOG) di Kabupaten Purbalingga.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menjelaskan Material Center memiliki peran strategis dalam mendukung dan menjaga kesinambungan ekosistem industri otomotif nasional. “Kehadiran Material Center di Purbalingga menjadi langkah penting untuk menunjang rantai pasok industri otomotif dalam negeri, khususnya melalui kemudahan bagi IKM dalam mengakses bahan baku berkualitas dengan harga kompetitif,” jelas Reni dalam sambutannya pada Acara Penguatan Akses Bahan Baku Bagi IKM Alat Angkut melalui Material Center di Purbalingga, Senin (25/8).
“Dengan adanya pusat distribusi ini, diharapkan IKM komponen otomotif dapat lebih siap masuk ke dalam rantai pasok industri nasional,” ungkap Dirjen IKMA.
Reni optimis dengan kondisi industri manufaktur nasional yang saat ini menunjukkan tren yang positif. Aktivitas industri pada semester II 2025 mencatat capaian yang cukup impresif, dengan kontribusi sektor pengolahan terhadap PDB sebesar 17,50 persen dan pertumbuhan industri manufaktur mencapai 5,60 persen (YoY), melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,12 persen. Selaras dengan tren tersebut, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Juli berada pada level ekspansif 52,89 poin, naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 51,84 poin.
Kinerja positif sektor manufaktur ini, menurut Reni menjadi bukti ketangguhan industri nasional dalam menghadapi tekanan global. Reni optimis industri manufaktur tetap menjadi motor penggerak utama perekonomian, dan di dalamnya IKM memiliki peran penting sebagai penopang rantai pasok. “Karena itu, penguatan akses bahan baku bagi IKM komponen otomotif menjadi sangat krusial agar mereka bisa terus berkembang dan berdaya saing,” ungkap Reni.
Menurut Reni, industri otomotif Indonesia memiliki peluang besar untuk terus tumbuh, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga internasional. Data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan kinerja ekspor sepeda motor CBU (Completely Built-Up) dan Export Part-by-Part bulan Juli mengalami penjualan tertinggi sepanjang 2025, mencapai 50.042 unit dan 12.972.706 unit, serta jumlah ekspor CKD (Completely Knocked-Down) sebesar 678.227 unit. Total jumlah ekspor kendaraan roda dua CKD dan CBU selama Januari-Juli 2025 menyentuh angka 5.195.470 unit serta export part by part sebanyak 75.712.413 unit.
“Capaian ini membuktikan bahwa produk otomotif Indonesia, termasuk komponen yang dihasilkan IKM, semakin diminati pasar global. Dengan dukungan bahan baku yang terjamin, IKM memiliki kesempatan besar untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok industri otomotif dunia,” jelas Reni.
Pada kesempatan yang sama, acara tersebut juga dihadiri pihak Yayasan Astra – Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) serta perusahaan otomotif grup astra, yang diharapkan dapat melihat langsung potensi IKM Komponen Otomotif Purbalingga yang mampu memproduksi komponen sesuai standar tier-1 industri otomotif dengan harga yang kompetitif.
Dirjen IKMA menyampaikan harapannya agar para pelaku IKM komponen otomotif terus bertransformasi mengikuti arah perkembangan industri otomotif global. Ia menekankan bahwa saat ini terjadi pergeseran preferensi pasar menuju kendaraan berbasis listrik, sehingga IKM perlu menyesuaikan diri.
“Kami menaruh harapan besar agar IKM di Purbalingga mampu melakukan inovasi dan bertransformasi menuju modern manufacturing. Proses produksi harus diarahkan pada sistem mass production dengan senantiasa menjaga aspek Quality, Cost, and Delivery (QCD),” ucap Reni.
Lebih lanjut, Reni menyampaikan harapan di masa yang akan datang semakin banyak IKM yang dapat memanfaatkan layanan yang tersedia di UPTD PILOG Purbalingga. Dengan pengelolaan yang profesional dan transparan, fasilitas ini tidak hanya mampu mengoptimalkan ketersediaan bahan baku bagi IKM, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Purbalingga.
Direktur IKM Logam, Mesin, Elektronika dan Alat Angkut, Dini Hanggandari mengungkapan telah dilakukan langkah tindak lanjut atas kebutuhan IKM di Purbalingga. Tindak lanjut dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan pemasok bahan baku logam nasional, antara lain PT Hanwa Steel Service Indonesia, PT Tatalogam Lestari, dan PT Supra Teratai Metal. Setelah proses penjajakan dan kesepakatan, pengiriman bahan baku oleh perusahaan tersebut telah berhasil dilakukan pada 20 Agustus 2025 dengan total volume sekitar delapan ton material. Tidak berhenti di situ, pada 21 Agustus yang lalu, tim tenaga ahli diturunkan untuk melakukan penataan layout, alur distribusi material, serta memastikan agar sistem pergudangan lebih produktif dan efisien.
“Ketersediaan bahan baku adalah menjadi hal utama dalam keberlangsungan usaha IKM. Dengan adanya pengiriman perdana ini, kami ingin memastikan bahwa para pelaku IKM tidak lagi terkendala dalam memproduksi komponen otomotif dan semoga mereka bisa lebih fokus pada peningkatan kualitas dan kapasitas produksi,” ucap Dini.
Langkah selanjutnya akan dilakukan pemasangan aplikasi Inventory dan Delivery menggunakan GPS Tracking untuk memantau pergerakan material secara real time untuk meningkatkan transparansi, serta memberikan jaminan akuntabilitas bagi semua pihak yang terlibat. Dengan sistem ini, IKM diharapkan dapat mengurangi risiko keterlambatan, menekan biaya logistik, dan semakin percaya diri memasuki rantai pasok industri nasional.
“Kami percaya langkah ini akan membawa dampak positif yang berlipat ganda, tidak hanya bagi IKM, tetapi juga bagi masyarakat luas melalui penciptaan lapangan kerja baru. Harapan kami, model ini bisa direplikasi di berbagai sentra IKM lain agar semakin banyak pelaku usaha kecil dan menengah yang mampu naik kelas dan bersaing di industri otomotif nasional maupun global,” ucap Dini.
Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan.