Loading...

Meningkatnya permintaan global atas produk halal menjadi peluang besar yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku industri dalam negeri untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Pertumbuhan populasi umat muslim dunia turut mendongkrak permintaan pasar produk fesyen muslim, makanan dan minuman hingga produk kosmetik halal.

Di tengah pertumbuhan konsumsi produk halal dunia tersebut, Kementerian Perindustrian semakin memacu para pelaku industri kecil dan menengah agar tak takut berinovasi dan terus mencari pasar di berbagai negara potensial.

 

“Sebagai salah satu negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, kita tahu bagaimana nilai-nilai ekonomi syariah dan produk halal yang digemari pasar. Namun, jangan sampai kita terpaku pada pasar dalam negeri saja. IKM harus berani keluar dari zona nyaman untuk berinovasi membuat produk yang juga disukai di pasar potensial lainnya,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Jumat (14/2). 

 

Reni mengatakan, potensi pasar domestik dan mancanegara terhadap produk halal buatan Indonesia tentu akan meningkat seiring dengan besarnya konsumsi produk halal dunia. Laporan State of Global Islamic Economy  2023-2024 yang dirilis oleh Lembaga DinarStandard menyebutkan, peluang konsumsi produk halal dunia mencapai USD 2,29 triliun, yang ditopang oleh jumlah populasi muslim dunia mencapai lebih dari 2 miliar jiwa. Dalam laporan tersebut dinyatakan, belanja penduduk muslim dunia di sektor halal diperkirakan mencapai USD 3,1 triliun pada tahun 2027, atau tumbuh 4,8% dalam kurun waktu lima tahun.

 

“Hal ini merupakan peluang besar bagi pelaku industri dalam negeri. Apalagi, dari sumber laporan yang sama menyatakan, ekosistem ekonomi syariah Indonesia naik menduduki posisi tiga terkuat di dunia, setelah Malaysia dan Arab Saudi, dari 81 negara yang dinilai,” ungkap Reni.

 

Reni menambahkan, peningkatan ekonomi syariah ini didukung oleh berbagai sektor unggulan industri halal, di antaranya  modest fashion , makanan halal, farmasi, kosmetik halal, perjalanan, hingga investasi keuangan syariah. Khusus di bidang  modest fashion , Reni optimis pelaku IKM dapat memanfaatkan potensi tren global ini untuk menembus ke pasar global potensial, seperti negara muslim terbesar lainnya. Pada tahun 2022, belanja busana muslim di pasar global mencapai US$318 miliar atau naik 8,4% dari US$293 miliar pada tahun 2021. SGIE memprediksi belanja fesyen muslim akan mencapai US$428 miliar pada tahun 2027, tumbuh pada  compounded annual growt rate  (CAGR) sebesar 6,1%.

 

“Laporan SGIE juga menyebutkan Indonesia berada di peringkat ketiga pada penilaian di bidang modest fashion,  setelah Turki dan Malaysia. Sementara itu negara dengan konsumsi fesyen muslim terbesar adalah Iran, Turki, Arab Saudi, Pakistan dan Mesir, yang dapat kita jajaki untuk dijadikan negara tujuan ekspor,” kata Reni.

 

“Sehingga kami terus memacu para pelaku IKM fesyen untuk dapat berani memperluas jejaring, meningkatkan wawasan dan kemampuan, agar dapat turut andil dalam upaya mempromosikan dan memasarkan produk fesyen muslim Indonesia di pasar dunia,” tutup Reni.

 

Genjot Penjualan di Momen Ramadan

 

Demi memperkuat kemampuan dan pengetahuan pelaku IKM di sektor fesyen untuk tembus ke pasar global potensial, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka menggelar Webinar Pemasaran Digital dan Manajemen Usaha IKM pada Jumat (14/2).  

 

Direktur IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Budi Setiawan memaparkan, pelaku IKM dapat segera memanfaatkan momen Ramadan dan Lebaran untuk meraup peningkatan penjualan dan pasar yang lebih luas sebagai batu loncatan untuk mengembangkan bisnis di masa mendatang . “Karena di momen inilah belanja konsumen meningkat, selain bahan makanan, ada keperluan ibadah (baju muslim, perangkat shalat).  Masyarakat juga cenderung belanja untuk keluarga, tidak hanya keperluan diri sendiri,” ucap Budi saat membuka webinar. 

 

Dengan topik “Strategi membangun brand fashion dari nol hingga omset miliaran dengan modal sendiri tanpa pinjaman, serta memberikan dampak sosial ke masyarakat” menghadirkan narasumber IKM Bigissimo dan akademisi dari Universitas Prasetiya Mulya. 

 

Dalam webinar tersebut, narasumber Danny Aprilla  Eka Rahmawati sebagai pemilik jenama fesyen Bigi s simo  yang merupakan salah satu IKM binaan Ditjen IKMA,  menekankan pentingnya IKM untuk terus berinovasi melihat peluang dan selera pasar, dan membangun keunikan bisnisnya sendiri.  Bigissimo merupakan salah satu jenama yang menghadirkan produk fesyen  plus size  pertama di Indonesia.

 

fesyen   adalah bisnis yang bisa dilakukan oleh semua orang, oleh sebab itu harus punya keunikan sendiri. IKM harus rajin riset dan eksplorasi mencari peluang produk dan potensi pasar yang bisa dituju,” kata Danny.

 

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.