Kementerian Perindustrian terus menekankan pentingnya peningkatan daya saing Industri Kecil dan Menengah (IKM) melalui integrasi dalam rantai pasok yang lebih luas, dengan menjalin kemitraan strategis bersama sektor industri besar, ritel, distributor dan ekosistem ekonomi digital.
Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) kembali bersinergi dengan Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Asosiasi Industri Roti Biskuit dan Mi Instan (Arobim) serta berbagai stakeholder lainnya yang menaungi Industri Besar di bidang pangan, menggelar Business Matching IKM Pangan dengan Industri Besar untuk mendorong IKM masuk dalam rantai pasok industri pangan sebagai supplier yang memiliki kepastian pasar yang berkelanjutan.
“Saya menyampaikan apresiasi kepada asosiasi GAPMMI, Arobim, dan para pelaku industri besar di bidang pangan atas semangat luar biasa untuk dapat berkolaborasi bersama Kementerian Perindustrian dalam mendukung kemandirian IKM dalam mendorong dan mempercepat proses kemitraan IKM dengan industri besar,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita, pada acara pembukaan Business Matching IKM Pangan dengan Industri Besar di Plaza Industri, Gedung Kementerian Perindustrian, Senin (16/12).
Dirjen IKMA mengungkapkan kegiatan ini merupakan dukungan pemerintah dalam memperkuat rantai pasok industri dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri melalui pengembangan kompetensi IKM, sehingga IKM dapat terlibat dengan rantai pasok sektor ekonomi yang lebih besar dan mampu naik kelas, serta menimbulkan efek multiplier pada pertumbuhan industri dalam negeri.
Reni mengungkapkan bahwa sektor industri pangan menjadi kontributor terbesar terhadap pembentuk kontribusi industri pengolahan nonmigas. Sepanjang 2023, industri pangan menyumbang 39,10% dari nilai PDB industri pengolahan nonmigas, atau 6,55% dari total PDB nasional dengan nilai ekspor menembus angka US$ 41,70 miliar.
Dirjen IKMA menuturkan bahwa sebanyak 1,70 juta unit usaha IKM pangan telah berkontribusi dan menyerap sekitar 3,6 juta tenaga kerja. Hal ini menjadikan sektor IKM pangan sebagai salah satu industri padat karya yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. “Peran strategis sektor ini menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian ekonomi melalui optimalisasi produksi dan distribusi pangan,” ucap Dirjen IKMA.
IKM pangan memainkan peranan penting sebagai komponen pemberdayaan masyarakat di Indonesia. Demi memperkuat ekosistem rantai pasok IKM pangan, Kemenperin terus melakukan pemberdayaan IKM, termasuk melakukan kemitraan dengan industri besar, hotel, restoran dan cafe (Horeca), serta temu bisnis dengan ritel. Upaya ini sejalan dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam sektor industri pangan.
“Potensi pasar bagi IKM pangan didukung oleh populasi yang besar, kebutuhan pangan yang terus meningkat, dan melimpahnya sumber daya alam. Selain itu, tren inovasi produk pangan seperti makanan sehat, organik, dan berbasis bahan lokal mencerminkan perubahan preferensi konsumen yang semakin peduli terhadap kualitas, keberlanjutan dan aspek kesehatan, sehingga memberikan peluang strategis bagi pelaku industri untuk meningkatkan daya saing sekaligus memenuhi kebutuhan pasar,” jelas Reni.
Dirjen IKMA juga mengingatkan jika ekosistem rantai pasok IKM pangan dalam negeri perlu diperkuat melalui kolaborasi yang lebih erat antara IKM, industri besar dan pemangku kepentingan terkait. “Kemitraan yang solid dan berbasis pada prinsip saling menguntungkan akan memastikan bahwa IKM mampu menyediakan produk berkualitas tinggi dan berdaya saing,” ujar Dirjen IKMA.
Kegiatan business matching ini melibatkan 42 IKM dan sentra IKM yang telah mendapatkan pembinaan berkelanjutan, yang akan dipertemukan dengan 18 industri besar dan tiga asosiasi yang membidangi produk makanan dan minuman. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan pembinaan yang berkelanjutan, mulai dari jaminan bahan baku sampai dengan akses pasar.
Reni menuturkan, IKM yang mengikuti kegiatan business matching telah mengikuti kegiatan pembinaan berkelanjutan dari rangkaian program pembinaan Ditjen IKMA. “Pembinaan yang dilakukan yaitu berupa bimbingan, pendampingan dan sertifikasi HACCP bagi IKM pangan, pendampingan teknis dan bisnis pengembangan jaringan, peningkatan teknologi dan kapasitas produksi melalui program restrukturisasi mesin peralatan dan penerapan industry 4.0, serta promosi dalam rangka perluasan pasar melalui kepersertaan pada pameran dalam negeri, marketplace lokal dan global,” terang Reni.
Dirjen IKMA juga mengungkapkan terdapat beberapa sentra IKM yang merupakan hasil dari pembangunan dan revitalisasi sentra melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang memproduksi produk antara ( intermediate product ) ikut berpartisipasi, antara lain Sentra IKM Olahan Porang di Kab. Lomok Timur, Sentra IKM Tepung Tapioka dari Kab. Lombok Tengah, Sentra IKM Olahan Kelapa dari Kab. Lombok Utara, Sentra Lada Putih di Kab. Bangka, dan Sentra IKM Olahan Hortikultura di Kab. Tanah Datar.
“Sentra IKM juga dapat menjadi sumber bahan baku yang dapat meningkatkan nilai tambah sehingga dapat diserap secara optimal oleh industri, terutama yang berada di sekitar wilayah tersebut," ungkap Reni.
Pada kesempatan business matching ini, IKM memiliki kesempatan untuk bertemu dengan beberapa industri besar diantaranya Nestle Indonesia, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (Sari Roti), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT Dua Kelinci, AICE, PT Haldin Pacific Semesta, PT Gunacipta Multirasa, PT Canning Indonesia Products (Pronas), PT Integral Muria Cipta, dan PT Comextra Majora, PT Sonton Food Indonesia, PT Sasana Cipta Mandiri, CV. Salwa Production, Bukit Sari, PT Zio Nutri Prima, PT Sari Alami, dan CV Anugrah Paris Van Java (Gholyfood).
“Kolaborasi antara industri besar pangan dengan pelaku IKM menjadi elemen kunci dalam membangun ekosistem pangan yang terintegrasi. IKM dapat berkontribusi melalui penyediaan bahan baku berkualitas, produk setengah jadi, atau produk inovatif lainnya yang mendukung kebutuhan rantai pasok industri besar,” tutup Reni.
Adapun sebagai bagian dari rangkaian kegiatan business matching, acara ini juga akan menyelenggarakan talkshow yang mengusung dua tema utama. Tema pertama, "Kemitraan IKM dengan Industri Besar", akan menghadirkan narasumber Ketua Komite Pembinaan dan Pengembangan UMKM GAPMMI serta pemilik CV Cariza/Bananania. Melalui tema ini, para narasumber akan berbagi pengalaman dan strategi dalam membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara pelaku IKM dan industri besar.
Sementara itu, tema kedua, "Inovasi Industri dengan Bahan Baku Lokal", akan menghadirkan Founder Food Standard Consul.id dan Senior General Manager PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. Diskusi ini akan membahas pentingnya inovasi dalam memanfaatkan bahan baku lokal, yang tidak hanya memperkuat daya saing produk nasional tetapi juga mendorong keberlanjutan ekosistem industri pangan.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.