Loading...

Demi mendorong pertumbuhan jumlah IKM di Tanah Air, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, konsisten melaksanakan program penumbuhan wirausaha baru (WUB). Program penumbuhan WUB ini menjadi salah satu upaya pemberdayaan IKM, di samping program peningkatan daya saing bagi IKM yang telah menjalankan produksinya.

Kemenperin tak hanya fokus mengembangkan kemampuan wirausaha IKM di kota-kota besar, atau terpusat di Pulau Jawa. Kemenperin melalui Ditjen IKMA juga aktif mengangkat potensi industri dan menggenjot daya saing pelaku IKM di berbagai lokus, baik di pesantren, daerah 3T, serta daerah lain, bersinergi dengan Pemerintah Daerah. 

“Seminar untuk WUB IKM merupakan salah satu program Kementerian Perindustrian untuk memberikan wawasan dan menumbuhkan pelaku wirausaha dengan memanfaatkan potensi pada setiap daerah. Kami harap kegiatan ini memberikan pengetahuan teknis dasar mengenai izin berusaha berbasis risiko, dan bagaimana berwirausaha pada bidang yang ditentukan,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian, Reni Yanita di Jakarta, Jumat (26/5). 

Baru-baru ini, Ditjen IKMA telah menyelenggarakan beragam seminar bagi WUB IKM di Indonesia Timur. Salah satunya yaitu di Kabupaten Jayawijaya, Papua pada pertengahan April lalu. Enam seminar bertema Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Pangan Lokal, Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Sandang dan Kerajinan Berbasis Kearifan Lokal,  Penumbuhan Wirausaha Baru IKM dalam Penguatan Integrasi Pasar melalui Digital Marketing, Standar Pemenuhan Keamanan Pangan bagi Wirausaha Baru IKM Olahan Pangan, Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Sandang Berbasis Penguatan Integrasi Pasar dalam Industri Kreatif dan Budaya, serta Penumbuhan Wirausaha Baru IKM Servis Elektronik dalam Pemanfaatan E-Commerce dan Media Sosial sebagai Sarana Promosi ini digelar selama dua hari berturut-turut. Tercatat lebih dari 500 peserta IKM yang mengikuti seminar ini. 

Reni mengungkapkan, Kabupaten Jayawijaya memiliki potensi komoditas pangan olahan hasil pertanian dan perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh wirausaha IKM. Berdasarkan laporan BPS “Kabupaten Jayawijaya dalam Angka 2021”, produksi tanaman pangan terbesar tahun 2020 yaitu ubi jalar dengan produksi sebesar 73.891 ton. Khusus di Kecamatan Wamena, ubi jalar yang dihasilkan bahkan mencapai 1.589 ton. 

Selain itu, terdapat produksi jagung sebanyak 40 ton dan kacang tanah sebanyak 23 ton. Ada pula komoditas buah merah, yang menurut wirausahawan setempat, buah tersebut telah berhasil diolah menjadi selai dan sambal.  Tak hanya itu, tanaman buah jeruk, nanas, dan pisang merupakan tanaman buah paling banyak ditanam di Jayawijaya. Untuk tanaman perkebunan, produksi terbanyak yaitu berupa biji kopi, dengan hasil panen yang meningkat dari tahun 2019 sebanyak 127,8 ton menjadi 132,9 ton pada tahun 2020. 

Sementara itu, berdasarkan data dari papua.go.id,  jumlah industri kecil di Kabupaten Jayawijaya tercatat sebanyak 101 unit usaha dengan tenaga kerja mencapai 354 orang. Kelompok industri terbanyak berasal dari sektor industri logam dan elektronik (34 unit usaha), selanjutnya diikuti oleh industri makanan, minuman dan tembakau (25 unit usaha) dan industri kerajinan umum (25 unit usaha), industri kimia dan bahan bangunan (11 unit usaha) serta industri tekstil, pakaian dan kulit sebanyak 6 unit usaha. 

“Sebagian besar industri terpusat di distrik Wamena. Ini potensi besar yang bisa dikembangkan sehingga nantinya IKM di Wamena bahkan Jayawijaya bisa menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah tinggi dengan didukung oleh ketersediaan bahan baku lokal serta kearifan budaya nasional,” ucap Reni.

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan Ni Nyoman Ambareny mengungkapkan, Kabupaten Jayawijaya juga menyimpan potensi pengembangan IKM komoditi sandang dan kerajinan berbasis budaya lokal. Perkembangan IKM sandang terlihat dari bertumbuhnya wirausaha batik khas Papua dan beragam pakaian adat. Ada pula kerajinan noken yang merupakan tas anyaman dari bahan kulit kayu atau akar rotan, yang telah digunakan turun temurun sampai saat ini.

Kendati demikian, lanjut Ambareny, ia menemukan masih terdapat beberapa keterbatasan pengetahuan wirausaha baru dalam memulai usahanya. “Tantangan bagi umumnya terkait perizinan usaha, perizinan edar produk, komoditi potensi daerah yang dapat dimanfaatkan, akses modalitas, sampai mengenai pemasaran khususnya melalui digital marketing,” ucap Ambareny.

Oleh sebab itu, Ditjen IKMA terus berkolaborasi dengan Pemerintah Daerah khususnya dinas yang melakukan pembinaan industri, untuk terus meningkatkan kemampuan pelaku IKM. Ditjen IKMA juga tak henti menggelar program peningkatan daya saing untuk pelaku IKM yang telah berjalan bisnisnya maupun wirausaha baru. Di antaranya berupa bimbingan teknis dan pendampingan, fasilitas pameran dalam dan luar negeri, layanan klinik kemasan, fasilitasi HKI, fasilitasi mesin dan peralatan, restrukturisasi, program e-Smart IKM, sertifikasi profesi SKKNI, fasilitasi sertifikasi produk SNI, inkubator bisnis, serta kompetisi startup.

Kementerian Perindustrian berupaya meningkatkan kemampuan SDM IKM untuk menghasilkan produk yang berdaya saing dan pengetahuan dalam pemasaran melalui digital marketing terus bertambah. Semoga pendampingan ini juga bisa memberikan wawasan tentang pengemasan produk pangan yang menarik, higienis dan bersertifikasi halal,” tutur Ambareny.

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.