“Kami bangga dapat menyelenggarakan talkshow tentang wastra, desain, dan pemasaran online yang harapannya dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pengusaha maupun calon pengusaha UMKM,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita dalam sambutannya mewakili Wakil Ketua Harian 1 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Loemongga Agus Gumiwang, di Medan (16/5).
Sebagai Ex Officio Dekranas, Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, menyelenggarakan talkshow sebagai rangkaian Perayaan Hari Ulang Tahun Dekranas ke-43 di Medan, Sumatera Utara. Talkshow Suara Dekranas ini mengusung tema “Wirausaha Baru Tercipta, Perajin Berjaya”. Para narasumber ternama mengulas tren industri kerajinan dan fesyen terkini, terutama terkait meningkatnya penggunaan ragam wastra Nusantara di aneka produk kerajinan dan busana. Talkshow ini juga membedah kekayaan Tenun Ulos Sumatera Utara yang berhasil menjadi produk budaya bernilai tambah dan berpotensi jual tinggi di pasar lokal dan global, serta aneka strategi pemasaran digital bagi wirausaha kerajinan.
Reni mengungkapkan, produk kerajinan adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai seni dan estetika yang tinggi. Produk kerajinan tak bisa dianggap hanya sebagai sebuah produk, tetapi dapat menjadi cerminan keahlian, keindahan, dan keunikan dari budaya itu sendiri. Kerajinan merupakan hasil kreativitas dan keahlian tangan para perajin yang biasanya diwariskan secara turun-temurun di masyarakat.
“Sebagai bagian dari keanekaragaman budaya Indonesia, produk kerajinan juga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan dapat menjadi sumber penghasilan bagi para pelaku usahanya.”
Kendati demikian, kata Reni, para perajin atau desainer produk kerajinan tak bisa asal-asalan dalam berwirausaha di bidang ini. Wirausaha sektor kerajinan harus memahami keunikan produk kerajinan sebagai nilai tambah produk, dan mampu terus berinovasi mengikuti tren dan kebutuhan pasar sehingga dapat diterima di pasar lokal dan global.
Untuk itu, Reni melanjutkan, wirausaha di bidang kerajinan perlu memperkuat aspek manajemen usaha, baik terkait pemasaran (branding, promosi, dan distribusi penjualan produk), aspek produksi, keuangan, maupun sumber daya manusia atau perajinnya. Tak hanya itu, Reni juga menekankan pentingnya semangat kolaborasi dan keberanian untuk memulai usaha. Wirausaha kerajinan juga perlu saling mendukung agar sektor industri kerajinan Indonesia semakin kuat.
“Memulai usaha kerajinan bukanlah hal yang mudah, tetapi kita harus memiliki tekad yang kuat dan berani mengambil resiko dalam menjalankan usaha, untuk mencapai kesuksesan,” tegas Reni.
Salah satu narasumber talkshow, Desainer Fesyen Didiet Maulana mengapresiasi upaya Kemenperin yang konsisten menyelenggarakan workshop dan bimbingan untuk para perajin selama pandemi Covid dua tahun lalu. “Sangat berisi konten dan pelatihannya, sehingga kami merasa mendapatkan wadah dan perhatian untuk industri ini,” ucap Didiet.
Menurut Didiet, tren penggunaan wastra Nusantara di industri fesyen dan kerajinan Indonesia semakin meningkat beberapa tahun terakhir. Ini menunjukkan adanya kesadaran dan potensi besar bagi perajin untuk berkembang dan berkolaborasi menghasilkan karya yang lebih kaya dan sesuai selera pasar. Founder Toba Tenun Kerri Na Basaria mengatakan, perajin dapat mengembangkan berbagai motif tradisional yang sesuai pakem adat istiadat, namun dengan kreasi motif baru. Dengan demikian, wastra atau kain tradisional dapat digunakan lebih fleksibel untuk beragam kesempatan dan di mana saja.
Sementara itu, Direktur Kebijakan Publik Tokopedia Astri Wahyuni mengungkapkan, perajin dan wirausaha kerajinan harus memanfaatkan pemasaran online untuk menjangkau pasar yang lebih luas. “Wirausaha dapat memanfaatkan toko digital ini untuk bercerita juga tentang asal-muasal produknya, baik melalui dekorasi toko maupun fitur live shopping,” ucap Astri.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.