Sinergi ini diwujudkan melalui pembangunan Sentra Industri Kerajinan Perak yang berlokasi di Desa Celuk, Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar Provinsi Bali, sebuah kawasan yang sejak lama dikenal sebagai pusat kerajinan perak tradisional Bali.
Desa Celuk memiliki sejarah panjang dalam seni kerajinan perak yang telah berkembang sejak 1915. Kerajinan perak yang diproduksi, awalnya hanya untuk keperluan upacara adat, namun pada 1935 mulai merambah sektor perhiasan dan aksesori yang diproduksi untuk kepentingan komersial. Memasuki era modern, perajin mulai menghadapi berbagai tantangan seperti keterbatasan inovasi, sulitnya menjangkau pasar yang lebih luas, hingga minimnya pelatihan dan dukungan manajerial. Pemerintah menyadari dibutuhkannya sebuah wadah kolektif yang mampu mengintegrasikan berbagai sumber daya untuk meningkatkan daya saing industri kerajinan perak di Desa Celuk.
“Diperlukan sinergi kuat antara pemerintah pusat dan daerah agar pembangunan sentra IKM bisa tepat sasaran dan berkelanjutan. Hal ini untuk memastikan bahwa sentra benar – benar menjawab kebutuhan pelaku IKM di lapangan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita di Jakarta, Rabu (21/4).
Reni mengungkapkan kolaborasi dalam pengembangan Sentra IKM Kerajinan Perak Celuk tidak hanya fokus pada pengembangan sentra, tetapi juga menyasar pada peningkatan efisiensi produksi, pengembangan inovasi dan kreativitas, serta penguatan kapasitas sumber daya manusia perajin perak.
Pembiayaan pengembangan sentra dilakukan dengan pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK), yang diawali dengan pembangunan Gedung Pusat Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Perak yang berlokasi di Jalan Klaci, Desa Celuk, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar pada tahun 2016 dan 2018, yang kemudian direvitalisasi pada tahun 2022. Alokasi DAK juga digunakan untuk melengkapi fasilitas sentra dengan teknologi modern, yang menjadi kunci peningkatan daya saing perajin lokal di tengah pasar global yang semakin kompetitif.
Gedung Pusat Pengembangan Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk menyediakan berbagai fasilitas modern yang dimanfaatkan oleh para pelaku IKM, di antaranya uji kadar perak, fasilitas casting, desain 2D dan 3D, CNC engraving dan milling, 3D printing, serta mesin laser cutting dan marking untuk produksi massal. Teknologi ini tidak hanya mempercepat proses produksi, tetapi juga meningkatkan presisi, daya tahan, dan kualitas estetika produk.
Reni mengungkapkan jika pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi standar pasar ekspor, khususnya di kawasan Eropa yang sangat menekankan aspek kualitas dan tingkat kepresisian produk. “Melalui fasilitas ini, perajin kini dapat mengakses teknologi tinggi, sekaligus memperkenalkan teknologi modern dalam industri kerajinan tradisional Bali,” ucap Reni.
Terdapat 152 unit usaha IKM dengan total tenaga kerja 2.364 yang berada di lingkungan Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk, menandai bahwa industri ini semakin inklusif dan berdampak langsung terhadap ekonomi local. Adapun volume produksi di sentra telah mampu mencapai angka 4.515 kg per tahun dengan nilai omset mencapai angka Rp. 158 miliar per tahun. Tidak hanya menjangkau pasar domestik, produk kerajinan perak dari desa celuk juga menembus pasar ekspor dengan pengiriman rutin ke Amerika Serikat, Australia, Asia Timur, Eropa, Asia Tengah, dan bahkan Afrika.
“Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk adalah bukti bahwa pelestarian budaya tidak harus berjalan sendiri. Dengan dukungan teknologi dan strategi yang tepat, produk warisan lokal bisa bersaing secara global”, ungkap Reni.
Reni mengatakan, Sentra IKM lebih dari sekedar fasilitas produksi namun turut berperan membangun ekosistem pembelajaran yang menyeluruh, khususnya bagi generasi baru perajin yang adaptif dan inovatif. “Melalui pelatihan teknologi, pengembangan desain, dan manajemen usaha, sentra ini memastikan keberlanjutan industri dalam jangka panjang. Tentu saja, semua ini tak lepas dari peran strategis pemerintah daerah dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuhnya IKM,” ucap Reni.
Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan pun telah menyusun langkah strategis ke depan. Ini termasuk penguatan kelembagaan sentra, pelatihan operator, pengembangan kemitraan, serta penyusunan strategi branding produk secara kolektif.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Yedi Sabaryadi menyampaikan sejumlah IKM di sentra industri kerajinan perak Desa Celuk telah difasilitasi untuk mengikuti berbagai pameran lokal sebagai ajang promosi dan perluas akses pasar. Di sisi pengembangan kapasitas, pendampingan melalui program Design Lab telah menyasar belasan pelaku usaha, membantu mereka dalam inovasi desain dan diferensiasi produk sesuai tren pasar.
Menurut Yedi bahwa fasilitasi ini merupakan bagian dari strategi pengembangan yang komprehensif, yang tidak hanya fokus pada peningkatan produksi tetapi juga pada penguatan branding dan perluasan jaringan pasar. Menurutnya, program yang diselenggarakan oleh Kemenperin seperti Design Lab menjadi salah satu wujud konkret upaya pemerintah dalam mempertemukan kemampuan para perajin dengan kreativitas desainer lokal agar industri kerajinan perak Desa Celuk dapat mengikuti perkembangan produk yang diminati pasar global.
“Kami harap di masa mendatang, Sentra Industri Kerajinan Perak Desa Celuk dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) maupun Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar sebagai unit kerja dari Kemenperin, maupun dengan pihak lainnya seperti akademisi, asosiasi, desainer hingga influencer,” tambah Yedi.
“Sentra IKM ini tidak hanya menjadi tempat produksi, tetapi harus berkembang sebagai pusat inovasi dan edukasi, terutama bagi generasi muda. Di sinilah warisan seni kerajinan perak Bali bisa dilanjutkan, dikembangkan, dan disebarluaskan ke pasar dunia,” tutup Yedi.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.