Proses produksi yang rumit dan memerlukan keahlian serta keterampilan para perajin menjadi tantangan tersendiri bagi industri wastra nasional dalam menghadapi persaingan pasar industri fesyen.
Pemerintah terus berupaya untuk menjadikan industri wastra sebagai komoditi unggulan identitas bangsa yang mampu memberikan manfaat besar bagi perputaran roda perekonomian dan menyediakan lapangan pekerjaan di masyarakat. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita mengungkapkan, jika industri wastra Indonesia berpotensi untuk terus tumbuh dan semakin diminati konsumen lokal dan internasional.
“Salah satu upaya yang kami lakukan bersama pemerintah daerah dalam mengembangkan industri wastra nasional adalah dengan melakukan pengembangan Sentra IKM wastra di pelosok tanah air agar semakin berdaya saing,” jelas Dirjen IKMA dalam Acara Peresmian Sentra IKM Tenun Sambaliung di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur (20/5).
Pengembangan Sentra IKM Tenun Sambaliung merupakan kolaborasi Kementerian Perindustrian dengan Pemerintah Kabupaten Berau sebagai upaya dalam memaksimalkan potensi industri tenun lokal yang menggunakan skema pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang IKM tahun 2022 dan 2024. Sentra yang berlokasi di Sukun Tengah, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau tersebut telah membina sebanyak 22 IKM tenun yang dilakukan oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Kabupaten Berau.
“Pengembangan sentra bertujuan untuk mendukung pelaku IKM melalui berbagai layanan seperti fasilitasi produksi dengan mesin dan peralatan terbaru, standardisasi produk, hingga bantuan promosi dan pemasaran,” terang Reni.
“Pengembangan sentra juga merupakan langkah nyata pemerintah dalam mengembangkan ekosistem sentra IKM Tenun Sambaliung di Kabupaten Berau,” tambahnya.
Dirjen IKMA mengungkapkan jika pengembangan sentra tidak terlepas dari potensi industri wastra yang dapat menjadi salah satu sektor industri yang menerapkan prinsip industri ramah lingkungan melalui konsep slow fashion dalam proses bisnisnya. “Saat ini sedang berkembang gerakan sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan di tengah gencarnya tren fast fashion. Industri wastra nusantara hadir bukan hanya sebagai produk budaya, melainkan juga sebagai solusi yang proses pembuatannya sarat akan nilai kearifan lokal, penggunaan bahan alami, serta filosofi yang terkandung di dalamnya menjadikan wastra sangat sejalan dengan konsep slow fashion,” jelas Dirjen IKMA.
Dirjen IKMA menekankan tentang menjadikan industri wastra sebagai industri fesyen yang menekankan kualitas, keberlanjutan, dan keadilan bagi setiap pihak. “Hal ini juga sebagai bagian dari upaya kami mendorong industri tenun sebagai salah satu bagian dari subsektor industri tekstil nasional yang memiliki potensi besar di Indonesia,” ungkapnya.
“Sebagai sektor industri yang digeluti oleh para perajin, industri tenun tidak hanya berperan dalam mempertahankan tradisi, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi keluarga,” tambah Reni.
Dirjen IKMA juga menekankan pentingnya semangat para IKM untuk dapat terus berinovasi menjadikan produk tenun Kabupaten Berau sebagai produk yang dapat bersaing di pasar lokal, bahkan mampu menembus pasar ekspor. “Kami menekankan juga kepada para IKM agar tetap memperhatikan kualitas produk, diversifikasi pasar, dan promosi yang berkelanjutan,” jelas Reni.
“Selain itu juga dapat memanfaatkan peluang dan literasi digital, serta menjalin kemitraan dengan berbagai pihak yang memiliki potensi pengembangan produk IKM tenun dalam ekspansi pasar seperti desainer, akademisi, maupun sektor ekonomi terkait lainnya,” tutup Reni.
Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Yedi Sabaryadi, mengungkapkan bahwa akan dilakukan langkah pemantauan dan evaluasi atas operasional Sentra IKM Tenun Sambaliung terhadap kajian dan kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Berau. “Khususnya pada aspek kelembagaan sentra berupa UPTD yang pembentukannya diharapkan selesai di tahun ini,” tambah Yedi.
Yedi menambahkan, “Kami berharap dengan adanya UPTD, sentra IKM dapat menjadi wadah yang efektif untuk pengembangan IKM, meningkatkan daya saing produk, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.”
“Kami akan mengawal pelaksanaan pengembangan Sentra IKM Tenun Sambaliung melalui evaluasi yang akan dilakukan pada triwulan 3 tahun 2025, dan diharapkan Sentra dapat beroperasi dengan rutin, optimal, dan berkelanjutan disertai dengan Standar Operasional berdasarkan kajian yang telah dilaksanakan pada tahun anggaran 2024,” jelasnya.
Yedi mengungkapkan, diharapkan juga pada tahun 2025 ini, kelembagaan sentra berupa UPTD dapat mulai menerapkan skema pembiayaan mandiri baik bersumber dari APBD maupun retribusi yang berlandaskan pada peraturan perundang-undangan.
“Kami menghimbau kepada para pelaku IKM tenun, mari kita manfaatkan fasilitas ini secara optimal dan jadikan tempat ini sebagai ruang kolaborasi, tempat belajar, berinovasi, dan meningkatkan daya saing,” tutupnya.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.