Konsep sustainability tidak hanya menjadi tuntutan pasar, tetapi juga strategi penting untuk memperkuat daya saing pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM), khususnya pada sektor fesyen dan kriya berbasis budaya lokal.
Sebagai upaya mendukung transformasi wastra dan industri fesyen yang berkelanjutan di tengah berkembangnya tren fast fashion. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (Ditjen IKMA) secara aktif melakukan berbagai inisiatif seperti pembinaan, pelatihan dan promosi kepada para perlaku IKM. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah melalui penyelenggaraan webinar berseri dengan tema " Sustainability: Membangun IKM Wastra Berkonsep Slow Fashion ”, yang diselenggarakan oleh Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), salah satu satker di bawah Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, pada tanggal 19 – 21 Juni 2025. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian acara Road to HUT ke-45 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas).
“Webinar bertujuan untuk membekali pelaku IKM wastra dengan pengetahuan dan strategi dalam mengadopsi konsep slow fashion , yang menekankan produksi yang bertanggung jawab, etis, dan ramah lingkungan. Konsep ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing IKM wastra di pasar lokal maupun global, sekaligus melestarikan budaya dan lingkungan,” ucap Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita yang hadir secara daring membuka webinar " Sustainability: Membangun IKM Wastra Berkonsep Slow Fashion ” di Jakarta, Kamis (19/6).
Perkembangan tren fast fashion turut mendorong kesadaran akan isu lingkungan dalam industri fesyen, sehingga mendorong inovasi yang lebih berkelanjutan. Hadirnya konsep slow fashion hadir di tengah tantangan isu lingkungan di industri fesyen saat ini. Konsep slow fashion menekankan pada kualitas, etika, dan berkelanjutan dalam proses produksinya, serta selaras dengan semangat wastra nusantara yang menjunjung nilai-nilai kearifan lokal dan kreativitas .
Reni menekankan pentingnya transformasi wastra dan industri fesyen menuju arah yang lebih berkelanjutan. Menurutnya, industri fesyen global merupakan salah satu sektor yang dapat menyumbang emisi karbon besar, dengan penggunaan sumber daya yang sangat tinggi. Hal ini yang menjadikan masyarakat global mulai sadar akan pentingnya keberlanjutan dalam industri fesyen. Pelaku IKM juga harus lebih adaptif terhadap tuntutan keberlanjutan tanpa meninggalkan akar budaya.
“Industri wastra dapat memanfaatkan tren dengan naiknya kesadaran konsumen terhadap lingkungan, untuk memperkuat posisinya dengan menghadirkan slow fashion yang berkelanjutan sekaligus menjawab kebutuhan pasar akan produk yang memiliki makna dan value tinggi, serta ramah lingkungan ,” lanjut Reni.
Dalam sambutannya, Reni menyampaikan bahwa berdasarkan survei yang dilakukan Jakpat tahun 2022, Generasi Z menunjukkan ketertarikan pada produk fesyen vintage, retro , dan circular fashion yang sejalan dengan nilai keberlanjutan. “Hal ini mencerminkan peluang besar bagi pelaku IKM fesyen untuk mengembangkan produk – produk yang tidak hanya menarik dari estetika, tetapi juga relevan secara etika dan ekologis,” ucap Reni.
Reni mengungkapkan bahwa kegiatan webinar ini menjadi wujud kontribusi dalam upaya memajukan perkembangan industri fesyen wastra dan dukungan terhadap pelaku IKM fesyen wastra di Indonesia. “Semoga dengan webinar ini, dapat menimbulkan semangat memajukan wastra Nusantara dengan menjunjung tinggi nilai lokal, serta kualitas dari wastra itu sendiri,” tutup Reni.
Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya, Dickie Sulistya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk nyata kolaborasi antara pemerintah, asosiasi, dan pelaku usaha dalam mendorong pertumbuhan IKM yang inklusif dan berkelanjutan. Ia menekankan bahwa pengembangan industri fesyen nasional tidak hanya bergantung pada kreativitas produk, tetapi juga pada kemampuan adaptasi terhadap tren global dan preferensi konsumen.
“Webinar ini menjadi bentuk sinergi antara Ditjen IKMA, Dekranas, Dekranasda Provinsi seluruh Indonesia, dan para kolaborator lainnya dalam membangun ekosistem IKM fesyen yang inovatif, berkelanjutan, dan berbasis budaya lokal,” ujar Dickie.
Dickie juga menambahkan BPIFK hadir sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk mendukung pelaku IKM fesyen dan kriya melalui kegiatan pelatihan, inkubasi, serta fasilitasi promosi agar produk mereka tidak hanya unggul secara estetika, tetapi juga relevan dengan nilai-nilai global saat in i .
Rangkaian webinar ini mengangkat tiga topik utama yang strategis, yaitu: “Mengintip Masa Depan dari Potensi Pasar Industri Fesyen Wastra”, “Cintai Bumi Lestarikan Budaya: Mengembangkan Inovasi dan Kreativitas Industri Wastra Berkelanjutan”, dan “Melebarkan Sayap IKM Fesyen Wastra Menuju Pasar yang Lebih Luas”. Narasumber yang dihadirkan berasal dari berbagai kalangan, seperti desainer Ali Charisma, IDFL Indonesia, Torajamelo, dan PT Internasional Multi Nusa, yang berbagi wawasan dan pengalaman dalam membangun industri fesyen berkelanjutan.
Dickie mengucapkan kegiatan webinar ini menjadi ajang diskusi interaktif, pemaparan studi kasus, dan inspirasi bisnis oleh pelaku IKM untuk memperluas wawasan peserta terhadap peluang pengembangan produk wastra yang relevan dengan tren fesyen berkelanjutan.
“Dengan terselenggaranya webinar ini, kami berharap lahirnya komitmen bersama untuk membangun industri fesyen nasional yang lebih hijau, inklusif, dan berbasis budaya. Sehingga IKM fesyen nasional dapat menghadapi tantangan global melalui produk – produk yang tidak hanya indah dan berkualitas, tetapi juga ramah lingkungan serta menjunjung nilai warisan lokal,” ucap Dickie.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.