Industri kreatif sangat lekat pada bidang yang digeluti oleh para pelaku bisnis berusia muda. Saat ini berbagai sektor industri mulai dari fesyen, kerajinan, furnitur, serta berbagai komoditi lainnya berlomba-lomba menghadirkan inovasi produk kreatif dengan mengangkat berbagai cerita unik, kearifan lokal, hingga nilai-nilai positif lainnya sebagai selling point produk. Para pelaku bisnis yang masih berusia muda juga memiliki potensi yang besar dalam mengembangkan ide dan mampu membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian di masyarakat. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka turut berkontribusi dalam mengakselerasi perkembangan pelaku industri kreatif lokal khususnya pada komoditi fesyen dan kriya melalui berbagai kegiatan pendampingan. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah Creative Business Incubator (CBI) yang pada tanggal 8 November 2024 telah memasuki tahap presentasi hasil capaian coaching.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka, Reni Yanita, mengungkapkan apresiasinya kepada 30 peserta IKM yang telah menjadi peserta dan menjalani program pendampingan, mencapai target yang ditentukan dan telah mempresentasikan hasil pendampingannya. “Tentunya seluruh capaian ini juga berkat kontribusi seluruh pihak, termasuk Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya selaku penyelenggara kegiatan, beserta seluruh tim pendamping yang telah membina para peserta selama proses inkubasi,” terang Reni dalam sambutannya di Jakarta (8/11).
CBI merupakan salah satu bentuk komitmen Kemenperin dalam mendorong perkembangan pelaku IKM fesyen dan kriya ke level yang lebih tinggi. Hal ini juga didorong dengan data dari Kemenparekraf yang menyampaikan nilai tambah ekonomi kreatif pada Triwulan I tahun 2024 diestimasikan mencapai angka Rp.749,58 triliun atau setara dengan 55,65 persen dari target yang ingin dicapai sebesar Rp. 1.347 triliun pada tahun 2024.
Dirjen IKMA mengatakan, “Perkembangan industri kreatif harus kita jaga dengan terus bersinergi bersama seluruh stakeholder, dan semangat ini juga selaras dengan misi Asta Cita Bapak Presiden saat ini yakni misi nomor tiga, meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan misi nomor lima yaitu melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri”.
Reni mengungkapkan bahwa untuk merealisasikan cita-cita tersebut perlu diiringi dengan semangat untuk terus berbenah dan meningkatkan kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan industri saat ini. “Sehingga pelaku ekonomi kreatif bisa terus mengembangkan usahanya dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia,” pungkasnya.
Hasilkan Pelaku IKM Kreatif Unggulan
Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Alexandra Arri Cahyani, menyampaikan bahwa CBI menjadi salah satu wadah yang diciptakan untuk meningkatkan keterampilan, kemampuan, dan menjawab tantangan usaha bagi para pelaku IKM fesyen dan kriya. “Melalui program ini banyak peserta CBI yang telah berhasil menaikkan omset dengan memperluas potensi pasar, baik nasional maupun ekspor”, jelasnya.
Alexandra menyebutkan sudah banyak alumni CBI yang mampu melebarkan sayapnya dalam berbisnis menghasilkan produk yang digemari dan mampu diterima pasar. “Sebagai contoh IKM Eboni Watch yang merupakan alumni CBI tahun 2018, telah mampu memproduksi dan memasarkan jam tangan kayu kontemporer dengan desain yang menarik”, ungkapnya.
“Setelah IKM Eboni Watch mengikuti program coaching, mereka berhasil meningkatkan skala produksi hingga empat kali lipat, yang mulanya memproduksi 200 pcs/bulan menjadi 650-800 pcs/bulan. Produknya telah diakui melalui penghargaan dari Indonesia Good Design Selection (IGDS) 2019-2021, Good Design Indonesia (GDI) 2020 dan Golden Pin Design Award Taiwan 2020”, terangnya.
Contoh kisah sukses lainnya adalah IKM AUM Apparel yang merupakan alumni program CBI tahun 2019. IKM produsen pakaian olahraga yoga yang berasal dari Bali tersebut, telah mampu memasarkan produknya ke seluruh daerah di Indoneisa. “Setelah mengikuti program CBI, omsetnya meningkat hingga 400%. AUM Apparel juga berhasil meningkatkan skala produksi yang semula 200 set/bulan menjadi 1.000 set/bulan. AUM Apparel bahkan mencapai pasar luar negeri mulai dari Singapore, USA, Switzerland, Spanyol”, ungkap Alexandra.
Peran Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya
Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), Dickie Sulistya Aprilyanto, mengatakan bahwa BPIFK berkomitmen untuk terus mendorong peran industri kreatif. “Kehadiran BPIFK diharapkan dapat mendorong para pelaku industri kreatif tanah air agar lebih maju dan dapat terfasilitasi dengan baik”, ungkap Dickie.
BPIFK yang juga dikenal dengan Bali Creative Industry Center (BCIC), juga memiliki tujuan untuk memperkuat ekosistem kewirausahaan di Indonesia, yang salah satunya berperan dalam prinsip 3C yaitu Create, Connect dan Catalyze.
“ Create yaitu fungsi BPIFK sebagai wadah bagi IKM untuk belajar dan mengasah kemampuan ; Connect dimana BPIFK menjadi platform yang mengubungkan beragam stakeholder industri kreatif; dan Catalyze yaitu peran BPIFK sebagai akselerator dan booster bagi pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif”, tutup Dickie.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.