Salah satu daerah yang memiliki potensi industri batik terkemuka adalah Kabupaten Cirebon, dengan berbagai jenis batik khas unggulan seperti batik mega mendung, waleran, dan merawit. Salah satu sentra batik yang berada di Cirebon adalah Sentra Batik Trusmi, merupakan kawasan industri kecil dengan lebih dari 600 perajin dan pelaku usaha batik yang tersebar di Desa Trusmi Wetan dan Trusmi Kulon, Kecamatan Plered.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita, mengungkapkan bahwa Batik Merawit Cirebon merupakan sebuah teknik membatik tulis khas Cirebon yang memerlukan ketelitian dalam penggambaran isian motif atau isen-isen menggunakan canting berujung sangat kecil. Teknik pelilinan ini akan menghasilkan celah garis tipis dan tidak terputus sehingga ketika kain diberi warna akan menghasilkan garis tipis atau wit dengan warna yang lebih gelap dibandingkan dengan warna latarnya.
“Ciri khas ini menjadi keunikan utama dari batik tulis merawit, sekaligus mencerminkan keterampilan tinggi para perajin di Sentra IKM Batik Trusmi. Keunikan inilah yang menjadi dasar ditetapkannya Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai komoditas produk batik yang mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (IG) pada tahun 2024,” terang Reni dalam agenda kunjungan kerja ke Sentra Batik Trusmi Kabupaten Cirebon, Selasa (17/6).
Kunjungan kerja tersebut dilaksanakan dalam rangka mendukung persiapan Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 yang mengangkat Batik Tulis Merawit Cirebon sebagai ikon utama yang diselenggarakan oleh Yayasan Batik Indonesia (YBI) pada 30 Juli – 3 Agustus 2025 mendatang di Pasaraya Blok M, Jakarta, dengan tema “Bangga Berbatik” . Upaya ini tentunya juga merupakan langkah dalam mendorong perkembangan industri batik agar semakin digemari pasar dalam negeri dan mampu masuk ke pasar ekspor.
“Industri batik nasional mencatat nilai ekspor sebesar USD 7,63 juta pada Triwulan I tahun 2025, dengan tujuan ekspor utama ke Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Batik Cirebon, termasuk dari Trusmi, menjadi salah satu kontributor penting dalam rantai pasok ekspor batik, baik dalam bentuk kain maupun produk jadi seperti produk apparel dan home decor ,” lanjut Reni.
Dialog antar stakeholder dan Inovasi Industri Batik
Dalam agenda kunjungan kerja tersebut, turut dilaksanakan dialog bersama perajin, Komunitas Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (KMPIG), Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), serta Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon.
Dalam kesempatan tersebut, Dirjen IKMA mengungkapkan harapannya agar Sentra Batik Trusmi selain menjadi model sentra IKM yang berdaya saing tinggi dan berbasis budaya lokal, namun juga adaptif terhadap inovasi dan prinsip keberlanjutan. “Diharapkan dari dialog ini dapat dihasilkan berbagai strategi penentuan program kebijakan yang mampu menjadi bentuk konkret dalam mendukung penguatan industri batik nasional dengan strategi pelestarian warisan budaya, perlindungan kekayaan intelektual, dan akselerasi adopsi teknologi di sektor IKM,” tutup Reni.
Dalam dialog tersebut, KMPIG memaparkan penggunaan QR-code sebagai alat pelacakan produk Batik Tulis Merawit Cirebon bersertifikat IG. QR-code ini memuat informasi secara detail mengenai deskripsi batik, identitas penembok dan pembuat motif, tahun dan lokasi produksi, jenis bahan kain yang digunakan hingga hasil verifikasi mutu batik.
Direktur IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Budi Setiawan menyampaikan jika inovasi yang dihasilkan oleh industri batik di Kabupaten Cirebon menjadi dasar pengembangan tingkat kualitas batik secara digital dan transparan. “Hal ini sekaligus dapat meningkatkan nilai informasi dan otentisitas produk, karena konsumen dapat mengetahui secara pasti asal-usul batik yang dibelinya, termasuk motif, bahan baku, serta perajin pembuatnya,” terang Budi.
Potensi batik lain juga diangkat dalam diskusi, antara lain Batik Waleran yang memiliki teknik gradasi warna pada motif klasik Mega Mendung. “Produk ini perlu dijajaki potensinya untuk dapat didaftarkan sebagai IG baru yang perlu ditindaklanjuti dengan sinergi antara Kemenperin dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon,” lanjut Budi.
“Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk terus mendorong promosi Batik Tulis Merawit Cirebon dalam ajang nasional, serta memperluas jangkauan pasar melalui sinergi dengan stakeholders terkait,” tambahnya.
“Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan konkret terhadap penguatan industri batik nasional, dengan strategi pelestarian warisan budaya, perlindungan kekayaan intelektual, dan akselerasi adopsi teknologi di sektor IKM,” tutup Budi.
Ketua Asosiasi Perajin dan Pengusaha Batik Indonesia (APPBI), Komarudin Kudiya, mengatakan jika dirinya memberikan apresiasi atas kunjungan dan dialog yang dilakukan oleh Kemenperin. “Hal ini merupakan wujud komitmen dukungan pemerintah sehingga kami dapat menyampaikan potensi batik di Trusmi sebagai warisan budaya yang kini kami kuatkan dengan Indikasi Geografis, pengelolaan limbah dengan IPAL, dan pemanfaatan AI sebagai bagian dari adaptasi IKM di era digital,” jelas Komar.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua APPBI juga memperkenalkan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam pengembangan desain batik. Teknologi ini dinilai dapat mempercepat proses desain, memperluas ragam motif, serta menjembatani kolaborasi antar generasi dalam pelestarian batik.
Sementara itu, perwakilan APPBI menjelaskan pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang sudah difungsikan secara komunal untuk mengolah limbah cair dari proses pewarnaan batik. Keberadaan IPAL ini menjadi langkah nyata dalam mendorong praktik industri hijau di tingkat perajin.
Kunjungan kerja tersebut dilanjutkan ke IKM Batik Katura yang mendemonstrasikan teknik batik merawit, IKM EB Batik Tradisional dan diakhiri di IKM Batik Hafiyan, dua pelaku IKM yang konsisten dalam pengembangan motif klasik khas Cirebon.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.