Loading...

Pelaku industri khususnya yang masih berskala kecil dan menengah saat ini dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing, baik dari sisi kapasitas bisnis maupun kualitas produk yang dihasilkan.

Dengan berbagai tantangan dalam menjalankan bisnis, serta dinamisnya kondisi pasar, pelaku IKM harus mampu memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya yang dimiliki secara efektif. Hal ini juga termasuk pada aspek pemilihan akses pemasaran yang mampu memberikan dampak berganda bagi keberlanjutan bisnis pelaku IKM. Pemerintah berkomitmen untuk senantiasa memberikan dukungan melalui berbagai fasilitasi maupun kolaborasi dalam mengarahkan IKM agar dapat mengakses pasar yang lebih luas. Fasilitasi yang diberikan berupa partisipasi pameran, business matching, maupun acara sejenis lainnya.

Seperti yang dilakukan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) yang turut berpartisipasi dalam kegiatan Bali International Business Connect (BIBC) 2025, sebuah forum bisnis internasional yang diselenggarakan oleh Dinas Perdagangan Kota Semarang bekerja sama dengan Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Denpasar pada tanggal 26–27 September 2025 yang lalu. Kegiatan yang mempertemukan para pelaku IKM dengan 13 mitra dan potensialbuying agent dari Malaysia, Singapura, dan Selandia Baru ini, menegaskan komitmen pemerintah dalam mendorong industri fesyen dan kriya nasional untuk tembus pasar global.

Dirjen IKMA Reni Yanita menyampaikan bahwa partisipasi BPIFK di BIBC 2025 adalah langkah strategis untuk memamerkan potensi dan inovasi IKM binaan BPIFK kepada dunia. "BIBC 2025 menjadi platform yang sangat efektif bagi IKM fesyen dan kriya untuk unjuk gigi dan melakukan koneksi bisnis langsung dengan buyer dari berbagai negara," ujar Reni Yanita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (5/11).

Acara yang berlangsung di Lippo Plaza Mall Kuta Bali tersebut menghadirkan berbagai agenda utama seperti fashion show, business talkshow, dan auction session. Sebagai bentuk implementasi dari Perjanjian Kerja Sama antara BPIFK dan HIPPI Denpasar, BPIFK mengikutsertakan dua alumni binaan, yakni IKM Garmen Casa Annie dan IKM Kriya Home Decor Manamu Handwoven, untuk berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan BIBC 2025.

Kepala BPIFK, Dickie Sulistya Aprilyanto, menyampaikan bahwa kegiatan ini menunjukkan jika produk fesyendan kriya Indonesia memiliki daya saing yang kuat di pasar internasional. BPIFK akan terus melakukan pendampingan dan monitoring agar hasil kolaborasi ini dapat berkelanjutan.

 

Dickie mengungkapkan bahwa melalui pelaksanaan kegiatanini, para pesertaberkesempatan untuk menjalinjejaring dan kerja sama bisnis dengan mitra potensial dari luar negeri. “Salah satu capaian positif ditunjukkan oleh IKM ManamuHandwoven yang berhasilmenarik minat buyer asal Malaysia untuk pemesanan produk lampu custom dan perhiasan,” jelas Dickie. 

“Manamu Handwoven adalah wirausaha sosial milik MelaniaKarolina pada tahun 2019 yang berlandaskan kecintaan pada seni tenun tangan logam kuno Lulu Amah dari Sumba, Nusa Tenggara Timur,” terangnya.

 

Di sisi lain, IKM Casa Anniejuga memperoleh peluang pengembangan pasar melalui pertemuan dengan buyer dari Malaysia, yang membuka potensi kerja sama produksi dan kolaborasi dengan merek fesyen internasional. 

“Casa Annie adalah perusahaan yang didirikan oleh Ketut Sunardiani bergerak di bidang clothing manufacture dan fashion consultant yang memiliki spesialisasi dalam sulamantangan seperti sequin, hand embroidery, dan crochet yang menghargai keunikan, keanggunan, dan kualitas dalam setiap karya di Bali,” jelas Dickie.

 

Kepala BPIFK juga memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah berkolaborasi pada kegiatan Bali International Business Connect (BIBC) 2025. 

“BIBC 2025 merupakan platform strategis yang sangat relevan dengan visi BPIFK untuk mendorong IKM Fesyen dan Kriya Indonesia agar naik kelas dan berdaya saing global,” tutup Dickie.