Loading...

Kemenperin tidak hanya terus berkomitmen untuk mendukung kemajuan industri yang berdaya saing, namun juga mendorong terciptanya industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Industri fashion merupakan salah satu sektor industri padat karya yang di dalamnya banyak digeluti oleh para pelaku industri kecil dan menengah (IKM).

Gerakan untuk menciptakan industri fashion yang berkelanjutan kini dikenal dengan istilah sustainable fashion dan mulai banyak dikampanyekan oleh para pemilik brand maupun produsen produk fashion. Tidak hanya ramah lingkungan, konsep sustainable fashion turut memperhatikan aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial hingga penggunaan energi sehingga diharapkan dampak negatif yang timbul dari sebuah kegiatan industri dapat ditekan seminimal mungkin dan manfaat yang dihasilkan dapat dirasakan semaksimal mungkin. Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka turut mendorong gerakan sustainable fashion salah satunya dengan melaksanakan kegiatan Sosialisasi  Industri Batik Ramah Lingkungan di Kota Pekalongan (12/4) dan Yogyakarta (14/4).

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita mengungkapkan di Jakarta (12/4), “Pertumbuhan industri batik di Indonesia saat ini memiliki dampak pencemaran lingkungan yang diantaranya disebabkan oleh proses dan penggunaan bahan baku pewarnaan yang menjadi pemicu permasalahan lingkungan”. Reni juga menyampaikan bahwa dalam mendukung perkembangan industri batik yang lebih ramah lingkungan, pada tahun 2022 Ditjen IKMA telah menyusun kajian dan buku berjudul Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan dengan melibatkan berbagai stakeholder seperti akademisi, asosiasi, sampai praktisi bisnis dengan mengusung prinsip Ekoefisiensi (EE), dengan lokus kajian di industri batik Pekalongan, Yogyakarta, dan Bandung.

Ekoefisiensi sendiri didefinisikan sebagai strategi untuk menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik, yang meminimalkan penggunaan energi dan sumber daya alam, sehingga meminimalkan dampak lingkungan per unit produk. “Dampak pengaplikasian strategi efisiensi tersebut adalah tercapainya keuntungan yang lebih maksimal pada bisnis dan meningkatkan daya saing. Hal ini yang kami coba sampaikan pada hasil kajian dan buku tersebut kepada para pelaku industri batik, sekaligus untuk meningkatkan wawasan dan kapasitas pelaku industri batik”, terang Reni.

Reni juga menyampaikan, “Produk batik ramah lingkungan didefinisikan sebagai produk batik yang mengedepankan pada perilaku dari pelaku industrinya yang menerapkan prinsip eco efficiency dengan tiga aspek, yaitu good housekeeping, environment oriented cost management, dan chemical management”. 

Dalam upaya mencapai kondisi yang ideal pada batik ramah lingkungan diperlukan tahapan berjenjang untuk penerapan atau penilaian terhadap IKM batik. Hal ini guna memenuhi kondisi ideal sesuai definisi industri batik ramah lingkungan. 

“Produk batik ramah lingkungan adalah produk batik yang tidak mutlak menggunakan bahan baku pewarnaan utama yang berasal dari zat warna alami semata, namun juga penggunaan zat pewarna sintetis secara optimal dan ditekan serendah-rendahnya dari limbah cair yang terbuang di lingkungan, tanpa dilakukan pengolahan limbahnya terlebih dahulu,” kata Reni. Diharapkan produk batik ramah lingkungan menjadi trend batik kedepan, sesuai dengan ketetapan dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)/ Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB, yang salah satu komitmennya untuk menjaga lingkungan.

Direktur Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang dan Kerajinan, Ni Nyoman Ambareny turut menyampaikan, “Sebagai tindak lanjut dari hasil kajian dan buku Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan dan guna menyebarluaskan informasi dan pengetahuan, maka Direktorat Industri Aneka dan IKM Kimia, Sandang, dan Kerajinan melaksanakan kegiatan Sosialisasi Industri Batik Ramah Lingkungan pada pelaku usaha di sentra IKM batik Pekalongan dan Yogyakarta.”

Ambar juga mengungkapkan, “Dalam kajian dan buku ini, pembaca akan mempelajari berbagai teknik produksi yang ramah lingkungan, mulai dari penggunaan bahan-bahan alami hingga proses produksi yang efisien”. Ambar juga menyampaikan bahwa buku yang dibuat akan memperkenalkan pembaca pada para produsen batik yang telah sukses dalam menerapkan praktek produksi yang berkelanjutan, sehingga pembaca dapat mengambil inspirasi dari pengalaman tersebut.”

Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.